Kisah Cinta
  • Bucin
  • Jarak jauh
  • Pertama
  • Segitiga
  • Terlarang
  • Dendam Cinta
  • Penghianatan Cinta
No Result
View All Result
  • Bucin
  • Jarak jauh
  • Pertama
  • Segitiga
  • Terlarang
  • Dendam Cinta
  • Penghianatan Cinta
Kisah Cinta
No Result
View All Result

MELEWATI RINDU DI SETIAP DETIK WAKTU

SAME KADE by SAME KADE
January 28, 2025
in Cinta Jarak jauh
Reading Time: 22 mins read
JEJAK PERTAMA DI HATI

Daftar Isi

  • Bab 1: Awal yang Indah
  • Bab 2: Ketika Waktu Terasa Lambat
  • Bab 3: Ujian Jarak
  • Bab 4: Menemukan Kekuatan di Dalam Diri
  • Bab 5: Rindu yang Tak Terungkapkan
  • Bab 6: Menyambut Pertemuan
  • Bab 7: Melangkah Bersama, Tak Lagi Terpisah

Bab 1: Awal yang Indah

Saat itu adalah musim gugur yang sempurna, udara sejuk dengan aroma tanah basah setelah hujan. Semua orang di kota kecil itu sibuk dengan rutinitas mereka, tetapi bagi Arjuna dan Salsabila, dunia mereka hanya berputar di sekitar satu sama lain. Mereka pertama kali bertemu di sebuah acara yang tidak direncanakan, sebuah pesta ulang tahun teman sekelas yang dihadiri oleh lebih banyak orang daripada yang mereka kira. Mereka tidak mengenal satu sama lain sebelumnya, tetapi ketika mata mereka bertemu di tengah keramaian, rasanya dunia berhenti sejenak.

 

Salsabila, dengan senyum yang begitu menawan dan mata yang berbinar, langsung menarik perhatian Arjuna. Sedangkan Arjuna, dengan sikapnya yang tenang dan cara bicara yang lembut, membuat Salsabila merasa nyaman sejak percakapan pertama mereka. Tidak ada kata-kata yang dipaksakan, hanya gelak tawa dan percakapan ringan yang mengalir begitu saja. Mereka berbicara tentang banyak hal—film favorit, tempat impian yang ingin dikunjungi, bahkan buku-buku yang mereka baca. Namun, apa yang benar-benar mengikat mereka berdua adalah perasaan yang tidak bisa mereka jelaskan. Seolah-olah, mereka telah lama mengenal satu sama lain, meskipun ini adalah pertemuan pertama mereka.

 

Keduanya merasa bahwa ini adalah awal dari sesuatu yang lebih besar, dan hari itu menjadi kenangan yang tak terlupakan. Tak lama setelah itu, mereka mulai sering menghabiskan waktu bersama. Setiap pertemuan terasa seperti keajaiban kecil—berjalan berdua di taman, mengunjungi kafe favorit, atau sekadar duduk di bangku taman dan berbicara tentang mimpi dan harapan. Arjuna dan Salsabila merasakan kedekatan yang luar biasa. Mereka merasa nyaman, seperti dua bagian dari puzzle yang telah lama hilang, dan kini, mereka telah bertemu untuk melengkapi satu sama lain.

 

Mereka tidak terburu-buru, karena waktu bersama terasa begitu berharga. Percakapan mereka semakin dalam, membahas lebih dari sekadar hobi atau film, tetapi juga tentang kehidupan, keluarga, dan masa depan. Salsabila menceritakan impiannya untuk bekerja di luar negeri, berkeliling dunia sambil melakukan hal-hal yang berarti. Arjuna mendengarkan dengan seksama, memberikan dukungan penuh meskipun dia tahu bahwa impian itu mungkin akan memisahkan mereka. Namun, dia tidak merasa takut. Justru, dia merasa bahwa apa yang mereka miliki saat ini adalah sesuatu yang berharga—sesuatu yang patut diperjuangkan.

 

Setiap hari mereka bertemu, semakin dalam rasa sayang itu tumbuh. Mereka saling memberi perhatian, mendengarkan satu sama lain tanpa merasa bosan, dan memberikan kenyamanan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Cinta yang mereka rasakan tidak datang dengan ledakan besar, tetapi lebih seperti aliran air yang mengalir dengan tenang dan pasti. Mereka menikmati setiap detik bersama, tanpa pernah merasa cukup. Momen-momen sederhana menjadi yang paling berharga—seperti Arjuna yang mengirimkan pesan selamat pagi setiap hari atau Salsabila yang membuatkan makan malam spesial untuk Arjuna pada hari-hari tertentu.

 

Namun, seperti halnya segala yang indah, waktu tidak pernah berhenti untuk menunggu siapa pun. Segalanya berubah saat Salsabila menerima tawaran untuk melanjutkan studi di luar negeri. Itulah saat pertama kalinya mereka merasa ketakutan yang nyata tentang apa yang akan datang. Meski keduanya tahu bahwa keputusan ini adalah langkah besar dalam kehidupan Salsabila, perasaan cemas menyelimuti mereka berdua. Mereka tidak tahu apa yang akan terjadi dengan hubungan mereka. Dapatkah cinta ini bertahan? Atau akankah jarak yang memisahkan mereka mengubah segalanya?

 

Pada malam sebelum keberangkatan Salsabila, mereka duduk di bangku taman tempat mereka pertama kali berbicara. Keheningan menyelimuti mereka, hanya suara angin yang terdengar di antara pepohonan. Salsabila menatap Arjuna dengan mata yang penuh harapan, tetapi juga ada kesedihan yang terlihat di sana. “Arjuna, apa yang akan terjadi pada kita?” tanyanya, suara lembutnya hampir hilang di antara hembusan angin.

 

Arjuna menggenggam tangan Salsabila erat, menatapnya dengan mata penuh keyakinan. “Apa pun yang terjadi, aku akan selalu ada untukmu, meski kita terpisah oleh jarak. Cinta ini tidak akan pernah luntur hanya karena ruang dan waktu,” jawabnya dengan suara penuh keyakinan.

 

Salsabila tersenyum, meski air mata mulai mengalir di pipinya. “Aku takut, Arjuna. Aku takut kita akan kehilangan semuanya begitu aku jauh darimu.”

 

“Jarak tidak akan memisahkan kita, Salsabila. Hati kita akan selalu dekat. Aku percaya itu.”

 

Mereka berdua tahu bahwa ini bukanlah akhir dari hubungan mereka, tetapi sebuah babak baru yang harus dijalani. Cinta mereka bukan hanya tentang kehadiran fisik, tetapi juga tentang saling mendukung dan mempercayai satu sama lain meskipun berada di tempat yang sangat jauh. Malam itu, mereka berjanji untuk tetap menjaga hubungan mereka dengan penuh kesetiaan, meski dunia di sekitar mereka berubah.

 

Kepergian Salsabila ke luar negeri adalah awal dari perjalanan panjang yang penuh tantangan, tetapi juga penuh harapan. Arjuna dan Salsabila tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, tetapi mereka yakin bahwa mereka telah menciptakan ikatan yang begitu kuat, ikatan yang bisa melewati jarak, waktu, dan segala rintangan yang ada. Mereka memulai perjalanan ini dengan satu keyakinan: cinta mereka akan terus hidup, bahkan di setiap detik waktu yang mereka lewati terpisah.

 

Itulah awal dari kisah cinta mereka—awal yang indah yang tidak akan pernah mereka lupakan, meskipun waktu dan jarak akhirnya akan menguji kekuatan cinta itu.*

Bab 2: Ketika Waktu Terasa Lambat

Hari-hari pertama setelah Salsabila berangkat ke luar negeri adalah hari-hari yang penuh dengan kerinduan. Arjuna masih bisa merasakan kehangatan tangan Salsabila yang selalu ada untuk menggenggam tangannya, dan meskipun hanya beberapa hari berlalu sejak kepergiannya, kehadirannya terasa begitu jauh. Meskipun mereka sudah sepakat untuk tetap berkomunikasi lewat pesan, panggilan telepon, dan video call, rasanya waktu berjalan lebih lambat dari biasanya. Setiap detik terasa seperti tahun-tahun yang penuh dengan kesendirian. Arjuna yang dulunya terbiasa melihat Salsabila setiap hari, kini harus menghadapi kenyataan bahwa mereka hanya bisa saling berbicara melalui layar kecil.

 

Salsabila, di sisi lain, juga merasakan hal yang sama. Meski dunia baru yang menantinya begitu menggairahkan, ada kekosongan yang tak bisa diisi oleh apa pun selain kehadiran Arjuna. Hari-hari pertama di kampus baru begitu sibuk dengan tugas dan penyesuaian, tetapi selalu ada momen-momen ketika malam tiba dan dia teringat pada Arjuna. Meskipun sudah berjanji untuk tetap saling mendukung dan menjaga hubungan, ada saat-saat di mana rasa rindu itu hampir tidak tertahankan.

 

Pada awalnya, komunikasi mereka berjalan lancar. Pagi-pagi sekali, Salsabila akan mengirimkan pesan selamat pagi, dan Arjuna akan membalasnya dengan kata-kata manis yang membuatnya merasa lebih dekat. Video call juga menjadi rutinitas mereka, meskipun terkadang hanya untuk berbicara tentang hal-hal kecil—apa yang mereka makan, bagaimana hari mereka berjalan, atau sekadar saling menatap wajah satu sama lain seakan-akan itu sudah cukup. Namun, semakin lama, semakin terasa bahwa waktu seolah bergerak lebih lambat saat mereka terpisah oleh jarak yang begitu jauh.

 

Suatu hari, Arjuna menerima pesan dari Salsabila yang agak berbeda dari biasanya. “Aku merasa sepi, Arjuna. Semua yang aku lakukan di sini terasa kosong tanpa kamu,” tulisnya dengan emotikon sedih. Membaca pesan itu, hati Arjuna terasa teriris. Dia tahu bahwa perasaan Salsabila adalah perasaannya juga. Rindu yang begitu mendalam kadang sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata, tapi mereka selalu mencoba untuk saling memahami. Arjuna membalas pesan itu dengan kata-kata yang penuh dengan pengertian.

 

“Aku juga merasa seperti itu, Salsabila. Setiap hari aku menghitung waktu untuk bisa melihatmu lagi. Tapi ingat, kita masih punya harapan. Waktu ini hanya sementara. Kita akan melewatinya bersama.”

 

Meskipun kata-kata itu terdengar menghibur, Arjuna tahu bahwa mereka berdua sedang berjuang. Mungkin lebih sulit bagi Salsabila, yang berada di tempat yang jauh dan asing, sementara Arjuna di rumah, tetap melanjutkan rutinitasnya meskipun tanpa Salsabila di sisinya. Setiap kali mereka berkomunikasi, rasanya seperti mengisi kekosongan, tetapi begitu percakapan selesai, kerinduan itu kembali menghantui mereka.

 

Puncak dari perasaan rindu yang terus-menerus itu datang pada suatu malam yang gelap. Salsabila menghubungi Arjuna lewat panggilan video, namun wajahnya terlihat pucat dan matanya sembab. “Aku merasa benar-benar kesepian, Arjuna. Semua orang di sini sibuk dengan urusan mereka, dan aku merasa seperti terasing,” ucapnya dengan suara yang hampir berbisik.

 

Arjuna bisa merasakan kepedihan dalam suaranya. Dia ingin memeluknya, memberikan kenyamanan yang langsung bisa dirasakannya. Tetapi yang bisa dia lakukan hanya mengusap layar ponselnya dengan jari, seakan itu bisa menggantikan kehadirannya di sana. “Salsabila, aku di sini. Kamu nggak sendirian. Aku tahu ini berat, tapi kita akan terus berusaha. Ingat, kita akan selalu ada untuk satu sama lain, bahkan jika jarak memisahkan kita.”

 

Malam itu, setelah panggilan selesai, Arjuna duduk termenung, memikirkan semua yang telah mereka alami. Dia melihat layar ponselnya yang menampilkan foto Salsabila, yang kini tampak jauh lebih muda dan lebih ceria. Tetapi kenangan akan kebersamaan mereka terasa begitu jauh. Waktu yang lambat membuatnya semakin sadar bahwa jarak ini bukan hanya soal fisik, tetapi juga tentang emosi yang harus dijaga agar tetap terhubung.

 

Di sisi lain, Salsabila mencoba untuk mencari cara untuk mengalihkan perhatiannya dari rasa rindu yang begitu kuat. Ia mulai terlibat lebih dalam dalam kegiatan di kampus—bergabung dengan organisasi, mengikuti kursus tambahan, dan menjalin pertemanan baru. Namun, meskipun semua itu mengisi hari-harinya, saat-saat sunyi di malam hari kembali membawa perasaan rindu yang mendalam. Setiap kali ia mencoba tidur, wajah Arjuna muncul dalam pikirannya, dan seakan-akan dia bisa merasakan sentuhan hangat tangannya yang dulu selalu ada.

 

Seiring berjalannya waktu, mereka berdua menyadari bahwa komunikasi mereka mulai berubah. Mereka tidak lagi hanya saling bercerita tentang kegiatan harian, tetapi mulai berbicara lebih dalam tentang perasaan mereka. Salsabila mulai menceritakan ketakutannya, bahwa dia takut akan kehilangan semuanya karena jarak yang semakin besar. Arjuna, di sisi lain, mulai merasakan kelelahan emosional yang sama. Meskipun ia selalu berusaha untuk tegar dan memberi dukungan, ada saat-saat ketika ia merasa putus asa, seperti ketika Salsabila mengungkapkan bahwa dia merindukannya begitu dalam.

 

Namun, meskipun ada banyak momen seperti itu, keduanya tahu bahwa mereka tidak bisa menyerah begitu saja. Mereka telah berjanji untuk tetap bertahan dan memperjuangkan hubungan ini, meskipun terkadang itu terasa sangat sulit. Dalam setiap percakapan, baik yang ringan maupun yang penuh emosi, mereka mencoba untuk menemukan penghiburan, bahkan jika itu hanya sesaat.

 

Malam itu, sebelum tidur, Salsabila mengirimkan pesan panjang kepada Arjuna. “Aku merasa kita akan melewati ini, Arjuna. Meskipun sulit, aku merasa bahwa kita lebih kuat dari yang kita kira. Aku tahu kita akan bertemu lagi, dan saat itu tiba, semuanya akan terasa lebih indah.”

 

Arjuna membalas pesan itu dengan cepat. “Aku percaya itu, Salsabila. Aku percaya kita bisa melewati setiap detik waktu ini bersama. Hanya tinggal sedikit lagi, dan kita akan saling memiliki kembali.”

 

Pada akhirnya, meskipun waktu terasa lambat dan penuh dengan kerinduan, mereka tahu bahwa setiap detik yang mereka jalani dalam jarak ini adalah investasi untuk masa depan mereka. Mereka berdua menyadari bahwa cinta mereka tidak akan pernah luntur, dan meskipun dunia di sekitar mereka berubah, cinta itu akan tetap menjadi pelita yang menyinari jalan mereka, tak peduli seberapa lambat waktu bergerak.*

Bab 3: Ujian Jarak

Seiring berjalannya waktu, hubungan Arjuna dan Salsabila mulai memasuki fase yang lebih menantang. Jarak yang memisahkan mereka tak lagi hanya terasa sebagai sebuah perbedaan waktu dan tempat, tetapi juga sebagai ujian bagi kekuatan cinta mereka. Semakin lama terpisah, semakin banyak tantangan yang harus mereka hadapi. Mereka yang dulunya berbagi hampir setiap detik bersama, kini hanya bisa bergantung pada panggilan telepon dan pesan singkat untuk saling menghubungi. Hal-hal kecil yang dulu mereka anggap biasa—makan bersama, berjalan berdua di taman, berbicara langsung—sekarang terasa sangat jauh dan sulit dijangkau.

 

Arjuna mulai merasakan adanya ketegangan yang tak terucapkan dalam hubungan mereka. Beberapa kali, komunikasi mereka terganggu oleh kesibukan masing-masing. Di awal-awal hubungan jarak jauh, mereka berusaha keras untuk menjaga semuanya tetap berjalan dengan lancar. Namun, semakin lama, ada perasaan mulai terbentuk di dalam hati mereka—perasaan bahwa cinta ini mulai menghadapi ujian besar.

 

Pada suatu hari, setelah beberapa hari tidak saling menghubungi karena kesibukan masing-masing, Arjuna menerima pesan dari Salsabila yang terdengar lebih pendek dari biasanya. “Aku mulai merasa kesulitan, Arjuna. Semua ini mulai terasa berat.” Begitu membaca pesan itu, hati Arjuna terasa berdebar. Ia tahu bahwa ini adalah salah satu titik ujian dalam hubungan mereka.

 

Malam itu, mereka mengadakan video call. Namun, suasana yang biasanya hangat dan penuh tawa, kali ini terasa canggung. Salsabila duduk diam, matanya menatap layar dengan kosong. Arjuna bisa merasakan ada sesuatu yang mengganjal, tapi dia tak tahu apa yang salah. “Salsabila, ada yang mengganggumu?” tanya Arjuna, suara penuh kekhawatiran.

 

Salsabila terdiam beberapa saat sebelum akhirnya menghela napas panjang. “Aku merasa semakin jauh darimu, Arjuna. Rasanya kita tidak lagi seperti dulu. Dulu kita selalu berbicara tentang semuanya, tapi sekarang, aku merasa seperti kita semakin terpisah,” katanya dengan suara bergetar.

 

Arjuna terkejut mendengar itu. Dia tidak pernah merasa ada jarak yang begitu besar antara mereka, tetapi kenyataannya, Salsabila sudah merasakannya. “Aku juga merasa seperti itu,” jawab Arjuna, suara terdengar rendah. “Tapi aku percaya kita bisa menghadapinya. Mungkin kita terlalu fokus pada apa yang hilang, padahal kita masih punya banyak hal yang kita bisa jalani bersama.”

 

Namun, kata-kata Arjuna seakan tidak cukup untuk meredakan kegelisahan yang ada di hati Salsabila. Ia merasa bahwa komunikasi mereka tidak lagi seperti dulu—tidak lagi intens dan penuh makna. Meskipun mereka masih sering menghubungi satu sama lain, tapi percakapan mereka terasa lebih seperti formalitas daripada ungkapan perasaan yang tulus. Hal-hal kecil yang dulunya bisa mereka bicarakan dengan mudah sekarang terasa berat dan kaku.

 

Di sisi lain, Arjuna merasa cemas dan bingung. Dia selalu berusaha untuk memberikan perhatian yang maksimal kepada Salsabila, tetapi kenyataannya, apa yang dia lakukan seakan tidak cukup. Ia mulai meragukan dirinya sendiri. Apakah dia telah berubah? Apakah ada sesuatu yang hilang dalam dirinya yang membuat Salsabila merasa begitu jauh? Bahkan saat mereka berbicara, Arjuna merasa ada jarak yang tak terlihat, sesuatu yang menghalangi kedekatan mereka.

 

Malam itu, setelah percakapan yang penuh keheningan dan ketegangan, mereka mengakhiri panggilan video dengan perasaan yang belum terselesaikan. Masing-masing merasa terjebak dalam kerinduan yang mendalam, tetapi juga dalam ketakutan akan ketidakpastian hubungan mereka. Seharusnya, hubungan jarak jauh bukan hanya tentang berjuang melawan jarak fisik, tetapi juga tentang bagaimana menjaga komunikasi dan perasaan tetap hidup, meskipun kesulitan datang silih berganti.

 

Keesokan harinya, Arjuna memutuskan untuk mencoba sesuatu yang berbeda. Ia mengirimkan pesan panjang kepada Salsabila. “Aku tahu kita sedang menghadapi banyak hal, dan mungkin aku juga tidak sepenuhnya tahu bagaimana perasaanmu. Tapi aku ingin kamu tahu, meskipun aku jauh di sini, aku selalu memikirkanmu. Aku rindu kita yang dulu—kita yang selalu bisa saling berbicara tentang apa saja tanpa rasa khawatir. Aku ingin kita kembali menemukan itu, kembali menemukan kebersamaan meskipun terpisah jarak.”

 

Salsabila membalas pesan itu beberapa saat kemudian. “Aku juga rindu kita yang dulu, Arjuna. Aku tahu kita saling mencintai, tapi kadang aku merasa terlalu lelah untuk berjuang, merasa terlalu jauh. Semua ini terasa berat, dan aku tidak tahu bagaimana melanjutkannya.”

 

Membaca pesan itu, Arjuna merasa hatinya hancur. Ia tahu Salsabila tidak sedang menghindarinya atau tidak mencintainya lagi. Tetapi mereka berdua sedang menghadapi ujian besar yang menguji batas kesabaran dan ketahanan hati. Ini bukan hanya tentang mengatasi rindu yang mendalam, tetapi juga tentang bagaimana mereka berdua bisa bertahan dalam hubungan yang penuh dengan ketidakpastian.

 

Arjuna menatap layar ponselnya, merenungkan kata-kata yang baru saja ditulisnya. “Salsabila, aku tahu ini tidak mudah. Kita memang terpisah oleh jarak yang sangat jauh, tetapi aku ingin kamu tahu bahwa aku berjanji akan selalu berjuang untuk kita. Aku tidak ingin hubungan ini hanya menjadi kenangan, aku ingin kita bersama lagi suatu saat nanti, melewati semua ini. Jadi, jika kamu merasa lelah, mari kita saling mendukung. Aku akan ada untukmu, meskipun kita terpisah.”

 

Pesan itu dikirimkan, dan meskipun tidak ada balasan langsung, Arjuna merasa sedikit lega. Ia tahu bahwa Salsabila sedang berjuang dengan perasaannya sendiri, dan mungkin saat ini bukan waktu yang tepat untuk membahas semuanya. Tetapi, dengan ketulusan hatinya, ia berjanji untuk tetap berjuang, meskipun kadang-kadang cinta itu terasa seperti sebuah perjuangan yang berat.

 

Di sisi lain, Salsabila merenung di kamarnya setelah membaca pesan itu. Ia merasa terharu dan juga tersentuh dengan komitmen Arjuna. Meskipun perasaan rindu dan kelelahan itu sangat berat, Salsabila tahu bahwa dia harus berjuang juga, karena cinta yang mereka miliki bukanlah sesuatu yang bisa dilepaskan begitu saja. Ia ingin kembali menemukan kedekatan itu, kembali menemukan kehangatan dalam hubungan mereka.

 

Hari-hari berikutnya mereka mulai berusaha lebih terbuka satu sama lain. Walaupun ada banyak kesulitan dan ketegangan, mereka mulai berusaha untuk menjaga komunikasi yang lebih dalam. Mereka tidak ingin hubungan ini hanya bertahan dalam kata-kata kosong dan janji yang tidak pernah terwujud. Mereka tahu bahwa ujian jarak ini adalah bagian dari perjalanan mereka, dan meskipun terasa sulit, mereka berjanji untuk terus berjalan bersama, meskipun jarak itu tetap ada.*

Bab 4: Menemukan Kekuatan di Dalam Diri

Setelah melewati berbagai rintangan yang datang bersama jarak, Arjuna dan Salsabila mulai menyadari bahwa ujian yang mereka hadapi bukan hanya tentang bagaimana menjaga hubungan tetap berjalan, tetapi juga tentang bagaimana mereka bisa menemukan kekuatan dalam diri masing-masing. Cinta yang mereka miliki bukan lagi hanya sekadar perasaan, tetapi sebuah komitmen yang membutuhkan usaha dan keteguhan. Mereka berdua tahu, untuk bertahan dalam hubungan jarak jauh, mereka harus lebih dari sekadar berharap pada hari-hari indah yang pernah mereka lewati bersama. Mereka harus menemukan kekuatan di dalam diri mereka sendiri.

 

Di sisi Arjuna, setelah beberapa bulan menjalani hubungan jarak jauh, ia mulai merasakan betapa pentingnya memiliki kekuatan mental dan emosional yang kuat. Pekerjaan sehari-hari dan rutinitas yang monoton mulai membuatnya merasa jenuh, tetapi di satu sisi, ia merasa bahwa hubungan dengan Salsabila adalah bagian penting dari hidupnya yang tak bisa dibiarkan begitu saja. Di tengah kesibukannya, ia mulai meluangkan waktu untuk dirinya sendiri, mencari cara untuk tetap produktif dan positif meski tanpa kehadiran Salsabila secara fisik di dekatnya.

 

Arjuna mulai mengembangkan kebiasaan-kebiasaan baru, seperti berolahraga di pagi hari untuk menjaga kesehatannya, membaca buku-buku yang memberinya perspektif baru, dan bahkan mencoba mempelajari keterampilan baru yang dapat membantunya di masa depan. Ia mulai menyadari bahwa dirinya tidak bisa hanya bergantung pada Salsabila untuk merasa bahagia. Kebahagiaan sejati datang ketika dia bisa merasa damai dengan dirinya sendiri, ketika dia bisa merasakan kepuasan dari pencapaian-pencapaian pribadinya. Itu adalah kekuatan yang mulai ia temukan di dalam dirinya.

 

Malam-malam yang biasanya penuh dengan rasa rindu, kini mulai diisi dengan aktivitas yang lebih bermakna. Arjuna mulai menulis jurnal setiap malam, mencatat perasaan dan pikiran-pikirannya yang selama ini terkunci di dalam hatinya. Setiap kali ia merindukan Salsabila, ia menulis tentang betapa pentingnya hubungan mereka, tetapi juga tentang betapa pentingnya untuk tumbuh dan berkembang sebagai individu. Ia menyadari bahwa menjadi pribadi yang lebih baik adalah cara terbaik untuk bisa menjadi pasangan yang lebih baik bagi Salsabila.

 

Sementara itu, di sisi Salsabila, kehidupan di luar negeri juga memberikan tantangan yang tak kalah besar. Walaupun ia merasa beruntung bisa meraih impian untuk belajar di luar negeri, kesepian sering kali datang menghampiri, terutama ketika ia merasa terisolasi dalam budaya yang baru dan jauh dari keluarganya serta orang yang ia cintai. Ada kalanya ia merasa lelah dengan segala kewajiban akademik dan sosial yang harus ia jalani. Namun, meskipun begitu, Salsabila tidak ingin menyerah begitu saja.

 

Ia mulai mencari cara untuk menemukan kekuatan dalam dirinya. Di kampus, ia aktif dalam berbagai organisasi dan kegiatan, dan meskipun ia sering merasa sendirian, ia mencoba untuk mempererat hubungan dengan teman-temannya. Ia juga mulai fokus pada tujuannya di masa depan—tujuan yang lebih besar daripada hanya berfokus pada rindu dan kesepian yang ia rasakan. Salsabila menyadari bahwa perjalanan ini bukan hanya tentang menunggu waktu untuk bertemu dengan Arjuna, tetapi juga tentang mewujudkan mimpi dan mencapai potensi terbaik yang ada dalam dirinya.

 

Untuk pertama kalinya, Salsabila merasa bangga dengan kemampuannya untuk berdiri di atas kakinya sendiri. Ia bisa menjalani hari-hari yang penuh dengan tantangan, dan meskipun terkadang perasaan rindu datang begitu kuat, ia tahu bahwa ia memiliki kekuatan untuk menghadapinya. Ia mulai lebih mengenal dirinya sendiri, memperbaiki cara berpikir dan pandangannya tentang kehidupan. Ia tahu bahwa untuk bisa mencintai orang lain dengan sepenuh hati, ia harus terlebih dahulu mencintai dan menerima dirinya sendiri.

 

Dalam perjalanan ini, Arjuna dan Salsabila mulai saling menguatkan meskipun terpisah jarak. Mereka mulai berbicara lebih dalam tentang perkembangan pribadi masing-masing, berbagi pengalaman tentang bagaimana mereka menemukan kekuatan di dalam diri mereka sendiri. Setiap percakapan menjadi lebih bermakna, lebih dalam, dan lebih saling memberi inspirasi. Mereka tidak lagi hanya berbicara tentang rindu, tetapi juga tentang bagaimana mereka bisa menjadi versi terbaik dari diri mereka sendiri.

 

Suatu malam, setelah sebuah panggilan video panjang, Arjuna berbicara dengan penuh semangat. “Salsabila, aku mulai merasa berbeda. Aku merasa lebih kuat sekarang, bukan karena aku tidak merindukanmu, tapi karena aku tahu kita bisa menghadapi semuanya, asalkan kita tetap fokus pada hal-hal yang lebih besar—pada mimpi dan tujuan kita masing-masing.”

 

Salsabila tersenyum mendengar kata-kata itu. “Aku juga merasa hal yang sama, Arjuna. Aku merasa bahwa meskipun kita terpisah, kita tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Aku merasa lebih kuat sekarang, lebih percaya pada diriku sendiri. Dan aku percaya, kita akan bertemu lagi suatu saat nanti dengan versi terbaik dari diri kita.”

 

Mereka berdua kini tahu bahwa meskipun mereka terpisah, perjalanan masing-masing adalah bagian penting dari perjalanan bersama mereka. Mereka belajar untuk tidak hanya bergantung pada satu sama lain untuk merasa lengkap, tetapi juga untuk memberikan ruang bagi diri mereka masing-masing untuk berkembang. Ini adalah cinta yang matang, cinta yang tidak hanya bertahan dalam keadaan nyaman, tetapi juga tumbuh dalam kesulitan dan tantangan.

 

Arjuna dan Salsabila mulai menyadari bahwa kekuatan yang mereka temukan dalam diri masing-masing bukan hanya tentang bagaimana mereka bisa mengatasi jarak, tetapi juga bagaimana mereka bisa saling mendukung dalam proses itu. Mereka tidak lagi merasa seperti dua individu yang terpisah oleh jarak yang tak teratasi, melainkan dua orang yang bersama-sama berjuang, masing-masing dalam perjalanan mereka sendiri, tetapi dengan tujuan yang sama: untuk tumbuh, untuk menjadi lebih baik, dan akhirnya, untuk bersatu kembali.

 

Kini, meskipun waktu terasa masih panjang dan perjalanan mereka penuh dengan ketidakpastian, Arjuna dan Salsabila percaya bahwa cinta mereka sudah berkembang menjadi sesuatu yang lebih kuat dari sekadar perasaan. Cinta mereka telah berubah menjadi kekuatan—kekuatan untuk terus bertahan, untuk terus percaya pada satu sama lain, dan yang paling penting, untuk terus percaya pada diri mereka sendiri.*

Bab 5: Rindu yang Tak Terungkapkan

Seiring berjalannya waktu, Arjuna dan Salsabila semakin menyadari betapa besar peran perasaan rindu dalam hubungan mereka. Rindu itu bukan sekadar perasaan, tetapi juga sebuah kekuatan yang mengikat mereka meskipun terpisah oleh ribuan kilometer. Namun, semakin lama hubungan mereka berjalan, semakin mereka merasa bahwa rindu yang mereka rasakan tidak pernah sepenuhnya terungkapkan dengan kata-kata. Ada ruang kosong yang tidak bisa diisi hanya dengan percakapan melalui layar ponsel atau panggilan video. Ada rasa yang lebih dalam dari sekadar kerinduan fisik, sebuah perasaan yang seakan-akan melampaui waktu dan jarak, tetapi sulit untuk diungkapkan.

 

Arjuna sering kali merasakan hal itu, terutama di malam hari ketika kesunyian menyelubungi kamar tidurnya. Di saat itulah rindu itu terasa paling kuat. Ia akan memejamkan mata, membayangkan Salsabila yang sedang berada di tempat yang jauh, dengan dunia yang berbeda. Meskipun ia tahu Salsabila baik-baik saja di sana, ada perasaan kosong yang selalu mengikutinya. Dia ingin sekali bisa berada di sisi Salsabila, menggenggam tangannya, berbicara dengan bebas tanpa hambatan jarak dan waktu. Namun, perasaan itu hanya bisa ia simpan dalam hati, tak bisa ia ungkapkan dengan kata-kata.

 

Kadang, Arjuna ingin mengungkapkan rasa rindunya melalui pesan atau suara, tetapi selalu ada rasa takut yang menghalangi. Takut jika kata-katanya tidak cukup mewakili betapa dalamnya perasaan itu. Takut jika Salsabila merasa tertekan dengan kerinduannya yang begitu mendalam. Kadang ia berpikir, “Apakah dia merindukanku dengan cara yang sama? Apakah perasaannya sekuat ini?”

 

Di sisi lain, Salsabila juga merasakan hal yang sama. Meskipun setiap hari mereka berkomunikasi dengan baik, dia selalu merasa bahwa ada sesuatu yang belum terungkapkan sepenuhnya. Ia mencoba untuk menjaga komunikasi tetap ringan, tidak ingin Arjuna merasa terbebani dengan perasaan rindunya yang terus berkembang. Tapi, setiap kali ia berbicara dengan Arjuna, hatinya merasa seperti ada yang hilang. Rindu yang begitu dalam tak bisa hanya diungkapkan dengan kata-kata. Ia ingin bisa melihat Arjuna langsung, merasakan kehangatan pelukannya, mendengar suara tawa dan candanya yang selalu mengisi hari-harinya. Namun, meskipun begitu, ia tidak ingin membuat Arjuna merasa tertekan atau khawatir, karena ia tahu bahwa jarak ini adalah ujian yang harus mereka hadapi bersama.

 

Pada suatu malam yang sepi, Salsabila duduk di kamarnya, menatap layar ponselnya. Ia ingin sekali mengirimkan pesan kepada Arjuna, berbicara tentang betapa rindu dirinya, tentang bagaimana perasaan itu seakan membebani dadanya. Tetapi, seperti biasa, ia menahan diri. Ia tidak ingin membuat Arjuna merasa cemas atau merasa seperti ia tidak mampu menghadapinya. Jadi, ia hanya menatap layar ponselnya dengan kosong, merasa rindu yang dalam, namun tidak bisa mengungkapkannya.

 

Arjuna, yang juga sedang merasakan hal yang sama, tiba-tiba memutuskan untuk menghubungi Salsabila. Ia ingin menyampaikan betapa rindu dirinya, tetapi juga takut jika kata-katanya tidak bisa sepenuhnya mewakili perasaannya. Namun, akhirnya ia memutuskan untuk menulis pesan singkat. “Salsabila, aku hanya ingin bilang… aku rindu. Lebih dari yang bisa aku ungkapkan. Aku berharap kamu tahu itu.” Pesan itu terkirim, dan meskipun terasa singkat, bagi Arjuna, itu adalah sebuah cara untuk mencoba mengungkapkan perasaan yang sudah lama terpendam.

 

Salsabila membaca pesan itu dengan hati yang berdebar. Ia tahu betul apa yang dirasakan Arjuna, karena ia merasakan hal yang sama. Namun, ia merasa ada kekuatan dalam kata-kata yang begitu sederhana itu. Terkadang, tidak ada kata-kata yang lebih indah selain pengakuan sederhana tentang perasaan yang mendalam. Dengan sedikit senyuman, Salsabila membalas pesan itu. “Aku juga rindu, Arjuna. Lebih dari yang aku bisa ungkapkan. Terima kasih sudah mengatakannya. Aku harap kamu tahu, meskipun kita terpisah, aku selalu ada di sini, memikirkanmu.”

 

Setelah pesan itu terkirim, keduanya merasa sedikit lega. Meskipun rindu mereka tidak terungkapkan sepenuhnya, setidaknya mereka tahu bahwa mereka merasakannya bersama. Itu adalah pengakuan yang membuat keduanya merasa lebih dekat, meskipun masih ada jarak yang memisahkan mereka. Mereka menyadari bahwa kadang-kadang, kata-kata tidak selalu bisa mengungkapkan semuanya. Terkadang, rindu yang terpendam lebih indah ketika diterima tanpa perlu dijelaskan.

 

Namun, meskipun ada pengakuan dalam pesan itu, perasaan rindu mereka tidak bisa dihentikan begitu saja. Setiap detik terasa lebih lama, setiap hari terasa lebih panjang. Mereka berdua tahu bahwa mereka sedang menjalani sebuah ujian besar—sebuah perjalanan yang penuh dengan kerinduan yang tak terungkapkan, sebuah perjalanan yang mengajarkan mereka untuk lebih menghargai setiap momen, meskipun itu hanya bisa mereka rasakan melalui layar ponsel.

 

Arjuna tahu bahwa meskipun perasaan rindu ini tidak selalu bisa diungkapkan dengan sempurna, cinta mereka tetap kuat. Mereka berdua belajar untuk saling mendengarkan tanpa kata-kata, merasakan tanpa harus saling berada di sisi satu sama lain. Rindu yang tidak terungkapkan itu tidak membuat mereka lemah, justru membuat cinta mereka tumbuh lebih dalam. Mereka menyadari bahwa cinta sejati tidak membutuhkan banyak kata-kata, karena terkadang perasaan yang paling dalam adalah perasaan yang paling sulit diungkapkan.

 

Salsabila, di sisi lain, mulai belajar untuk menerima kerinduan itu sebagai bagian dari perjalanan mereka. Ia tahu bahwa tidak ada yang bisa menggantikan kehadiran Arjuna di sampingnya, tetapi ia juga belajar untuk menemukan kebahagiaan dalam kesendirian yang penuh dengan rasa rindu itu. Rindu yang tidak terungkapkan itu memberinya kekuatan untuk terus bertahan, untuk terus berjuang demi masa depan yang mereka impikan bersama.

 

Setiap malam, ketika langit gelap dan bintang-bintang bersinar, baik Arjuna maupun Salsabila merasakan rindu yang sama—rindu yang tak terungkapkan, tetapi selalu ada di dalam hati mereka. Meskipun mereka tidak selalu bisa mengatakannya, mereka tahu bahwa mereka saling merasakannya. Rindu itu adalah bagian dari cinta mereka, sebuah cinta yang tumbuh meskipun terpisah jarak, sebuah cinta yang lebih dalam daripada kata-kata.

 

Di akhir malam, sebelum mereka tidur, mereka mengirimkan pesan-pesan singkat satu sama lain, mengingatkan bahwa meskipun mereka terpisah, mereka tetap bersama dalam hati. Rindu yang tak terungkapkan itu menjadi ikatan yang menghubungkan mereka, sebuah pengingat bahwa cinta sejati tidak selalu membutuhkan penjelasan. Terkadang, perasaan yang paling dalam adalah yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, tetapi bisa dirasakan dengan segenap hati.*

Bab 6: Menyambut Pertemuan

Setelah berbulan-bulan menjalani hubungan yang penuh dengan rindu, jarak, dan ketidakpastian, akhirnya tiba juga saat yang ditunggu-tunggu oleh Arjuna dan Salsabila. Mereka telah berjuang melawan segala halangan yang datang dengan cinta jarak jauh, dan kini, setelah sekian lama terpisah, mereka akan bertemu kembali. Setiap detik yang mereka hitung, setiap momen yang mereka tunggu-tunggu, akhirnya akan menjadi kenyataan. Namun, meskipun kegembiraan meluap di hati mereka, keduanya merasakan ada perasaan campur aduk yang sulit diungkapkan.

 

Bagi Arjuna, hari-hari menjelang pertemuan itu terasa seperti mimpi yang hampir tidak bisa dipercaya. Sejak hari pertama mereka berpisah, ia telah mengumpulkan semua kenangan indah bersama Salsabila, menjaga hubungan mereka tetap hidup melalui pesan-pesan singkat, panggilan video, dan percakapan malam yang penuh dengan rindu. Namun, semua itu tidak bisa menggantikan kehadiran fisik Salsabila di hadapannya. Sekarang, ketika waktu pertemuan semakin dekat, ia merasa cemas dan berdebar. Apakah semuanya akan berjalan seperti yang ia bayangkan? Apakah Salsabila akan merasa nyaman seperti dulu?

 

Pada suatu malam, ketika hanya beberapa hari tersisa sebelum pertemuan itu, Arjuna duduk sendirian di teras rumahnya, menatap langit malam yang penuh bintang. Ia mengingat kembali perjalanan mereka—betapa banyak kesulitan yang mereka hadapi, betapa seringnya mereka merasa terpisah oleh jarak, namun betapa besar cinta yang selalu menyatukan mereka. Arjuna menghela napas panjang, merasakan kegembiraan dan kecemasan yang bercampur menjadi satu. “Salsabila, aku rindu. Aku tak sabar untuk bertemu,” gumamnya pelan, seolah berbicara langsung kepada bintang-bintang yang ada di langit.

 

Sementara itu, di sisi Salsabila, ia juga merasakan hal yang sama. Setelah bertahun-tahun menunggu kesempatan ini, hatinya berdebar-debar. Ia bisa merasakan bagaimana waktu berjalan begitu lambat, setiap hari terasa penuh dengan rasa rindu yang mendalam. Ia ingin segera berlari ke arah Arjuna, memeluknya, dan merasakan kembali kehangatannya yang selalu membuatnya merasa aman. Namun, di balik kegembiraannya, ada perasaan cemas yang menggelayuti hatinya. Apakah Arjuna masih sama seperti dulu? Apakah hubungan mereka masih sekuat sebelumnya setelah berbulan-bulan terpisah? Apakah mereka bisa melanjutkan semuanya dengan mudah, atau ada jarak baru yang tercipta di antara mereka?

 

Di malam terakhir sebelum keberangkatan, Salsabila duduk di kamar tidurnya, menatap foto-foto lama mereka yang terpajang di dinding. Setiap gambar mengingatkannya pada saat-saat indah yang telah mereka lewati bersama. Ia merasakan air mata menggenang di matanya, tetapi kali ini, bukan air mata kesedihan. Itu adalah air mata kebahagiaan, air mata yang mengalir karena ia akhirnya akan bertemu dengan orang yang sangat ia cintai setelah waktu yang begitu lama. Ia mengirimkan pesan singkat kepada Arjuna, “Aku tak sabar menunggu hari itu. Aku merasa seolah-olah kita akan memulai sesuatu yang baru bersama.”

 

Hari yang dinanti-nanti akhirnya tiba. Salsabila berada di bandara, menatap layar pengumuman penerbangan, dan menunggu dengan sabar penerbangannya yang akan membawanya kembali ke tanah air. Setiap langkah yang ia ambil, setiap detik yang berlalu, rasanya seperti sebuah perjalanan panjang yang hampir mencapai akhir. Pikirannya dipenuhi dengan bayangan tentang pertemuan itu—wajah Arjuna, senyumnya, pelukannya, segala hal yang telah lama ia rindukan. Namun, di balik kebahagiaannya, ada sedikit kecemasan tentang bagaimana semuanya akan berjalan setelah mereka bertemu.

 

Setibanya di bandara, Salsabila melangkah dengan hati berdebar. Di luar sana, Arjuna sudah menunggu dengan penuh harap. Ketika pesawatnya mendarat, perasaan rindu yang selama ini terpendam seakan melonjak begitu tinggi, ingin segera meluap begitu ia bertemu dengan Arjuna. Di luar pintu kedatangan, Arjuna berdiri dengan tatapan penuh harap, matanya menyapu kerumunan orang yang keluar dari gerbang kedatangan. Hatinya berdegup kencang. Dia tahu bahwa dalam beberapa detik lagi, Salsabila akan muncul dari kerumunan itu.

 

Ketika akhirnya mata mereka bertemu, seolah seluruh dunia berhenti sejenak. Arjuna melihat Salsabila berjalan menuju dirinya, wajahnya yang dulu hanya bisa ia lihat melalui layar ponsel kini nyata di hadapannya. Salsabila juga melihat Arjuna, dengan senyum yang tak bisa disembunyikan. Mereka berdua berlari menuju satu sama lain, dan dalam sekejap, tangan mereka bertaut, memeluk erat. Semua perasaan yang mereka pendam selama berbulan-bulan, semua kerinduan yang tak terungkapkan, kini seakan mencair dalam pelukan itu. Mereka hanya bisa terdiam, merasakan kehangatan satu sama lain yang selama ini hanya bisa mereka bayangkan.

 

“Aku rindu sekali padamu,” kata Arjuna, suaranya serak karena perasaan yang begitu mendalam.

 

“Aku juga,” jawab Salsabila, suaranya bergetar. “Kita akhirnya bertemu juga.”

 

Mereka berdiri dalam pelukan itu untuk beberapa saat, tidak ada kata-kata yang perlu diucapkan lagi. Segala yang mereka rasakan, segala rindu yang telah lama terpendam, seolah-olah mengalir melalui pelukan itu. Setelah beberapa saat, mereka melepaskan pelukan dan saling menatap. Ada keharuan yang tak terungkapkan dalam mata mereka. Kini, pertemuan yang mereka impikan telah menjadi kenyataan. Waktu yang panjang, jarak yang terpisah, semuanya terasa tidak penting lagi. Mereka hanya ingin menikmati momen ini—momen yang mereka tunggu-tunggu dengan penuh sabar dan harapan.

 

Setelah beberapa detik, Salsabila tersenyum dan berkata, “Kita akan melangkah bersama, Arjuna. Kita akan melewati semuanya, tidak peduli jarak, tidak peduli waktu.”

 

Arjuna mengangguk, merasa lebih kuat dari sebelumnya. “Kali ini, kita akan melakukannya bersama. Aku percaya kita bisa.”

 

Mereka kemudian melangkah keluar dari bandara, berjalan berdampingan, merasakan kebersamaan yang selama ini mereka idamkan. Tidak ada lagi jarak yang memisahkan, tidak ada lagi ketidakpastian. Cinta mereka kini semakin kuat, semakin nyata. Pertemuan ini adalah awal dari babak baru dalam hidup mereka, di mana mereka tahu bahwa meskipun jarak akan terus hadir dalam hidup mereka, cinta yang mereka miliki akan selalu menjadi kekuatan yang menyatukan mereka. Kini, mereka siap untuk menyambut perjalanan bersama yang baru, dengan penuh keyakinan bahwa mereka bisa menghadapi segala tantangan yang akan datang, bersama-sama.*

Bab 7: Melangkah Bersama, Tak Lagi Terpisah

Setelah pertemuan yang penuh haru itu, Arjuna dan Salsabila merasa bahwa dunia mereka kini telah berubah. Semua rasa rindu, kecemasan, dan keraguan yang pernah mereka rasakan seakan sirna begitu mereka saling berpelukan dan menyadari bahwa cinta mereka telah mengalahkan jarak yang memisahkan. Kini, mereka berdua berdiri di titik yang sama, sebuah titik yang penuh dengan harapan dan keyakinan bahwa apapun yang datang ke depan, mereka akan menghadapinya bersama.

 

Hari-hari pertama setelah pertemuan mereka terasa seperti sebuah perjalanan yang baru. Semua yang tadinya hanya bisa dibayangkan melalui pesan-pesan dan percakapan malam kini menjadi nyata. Mereka menghabiskan waktu bersama, menikmati kebersamaan yang lama ditunggu-tunggu. Setiap langkah yang mereka ambil, setiap senyum yang mereka bagi, membuat mereka merasa semakin dekat. Tidak ada lagi jarak yang memisahkan mereka, dan mereka bisa merasakan kebahagiaan itu setiap hari.

 

Arjuna merasa bahwa kini ia memiliki kesempatan untuk menunjukkan cinta yang selama ini hanya bisa ia ungkapkan melalui kata-kata. Ia mengajak Salsabila untuk berjalan-jalan di tempat-tempat yang selalu mereka impikan untuk dikunjungi bersama. Mereka berjalan melalui taman kota yang penuh dengan bunga warna-warni, menikmati suasana yang tenang dan damai. Di setiap sudut, mereka mengabadikan kenangan dengan tawa, canda, dan cerita yang mengalir begitu saja. Setiap momen yang mereka habiskan bersama terasa begitu berharga.

 

Pada suatu sore, ketika mereka duduk di bangku taman, Arjuna memandang Salsabila dengan penuh kasih. “Aku tidak pernah membayangkan bisa duduk seperti ini bersamamu, Salsabila. Semua yang aku lakukan sebelum kita bertemu adalah untuk hari ini—untuk bisa bersamamu tanpa jarak, tanpa batas.”

 

Salsabila tersenyum, merasakan kedalaman kata-kata itu. “Aku pun sama, Arjuna. Semua waktu yang kita lewati dengan jarak hanya membuatku semakin menghargai momen ini. Aku tahu, kita tidak lagi terpisah. Kita bisa membangun masa depan kita bersama.”

 

Mereka berdua duduk dalam keheningan yang nyaman, saling memandang dengan penuh pengertian. Setiap kata yang mereka ucapkan, setiap tatapan yang mereka bagi, semakin memperkuat ikatan mereka. Mereka tahu bahwa perjalanan mereka belum selesai. Justru, ini adalah awal dari perjalanan yang lebih panjang, lebih penuh arti. Meskipun jarak telah hilang, tantangan baru akan selalu datang. Namun, mereka kini tahu bahwa mereka tak lagi perlu berjalan sendiri. Mereka akan selalu melangkah bersama.

 

Seiring berjalannya waktu, Salsabila mulai menyesuaikan diri dengan kehidupan yang berbeda. Meskipun ia merasa lega karena bisa bersama Arjuna, tantangan kehidupan sehari-hari tetap ada. Ia mulai bekerja di sebuah perusahaan yang memiliki banyak kesibukan dan tekanan. Ada kalanya ia merasa lelah, tetapi ia merasa diberdayakan oleh kehadiran Arjuna di sisinya. Setiap kali ia pulang dari kantor, Arjuna selalu menunggu dengan senyum hangat dan kata-kata yang penuh semangat, memberinya dorongan untuk terus melangkah.

 

Arjuna juga merasa bahwa dengan hadirnya Salsabila di hidupnya, segala beban yang pernah ia pikul terasa lebih ringan. Sebagai seorang pekerja keras, ia sering kali merasa kelelahan dengan rutinitas yang padat, tetapi kini, setiap malam setelah hari yang panjang, ia bisa pulang dan berbagi cerita dengan Salsabila. Mereka akan duduk bersama, berbicara tentang apapun, dari hal-hal sepele hingga topik-topik yang lebih mendalam tentang masa depan mereka. Kehadiran satu sama lain memberikan mereka kekuatan untuk terus berjuang dan tidak mudah menyerah.

 

Meskipun mereka kini menjalani kehidupan yang penuh dengan rutinitas, ada momen-momen kecil yang selalu membuat mereka tersenyum. Salsabila, yang dulunya sering merindukan hal-hal sederhana seperti berbincang-bincang sambil menikmati kopi di pagi hari, kini bisa melakukannya setiap hari bersama Arjuna. Mereka akan saling bercerita tentang hal-hal kecil yang mereka alami, seperti pertemuan dengan teman-teman lama atau kejadian lucu di tempat kerja. Kebersamaan dalam keseharian ini memberi mereka kenyamanan yang tak ternilai.

 

Namun, meskipun kebersamaan ini terasa sempurna, mereka berdua juga tahu bahwa tantangan baru akan terus muncul. Terkadang, mereka menghadapi perbedaan pendapat atau perasaan cemas tentang masa depan. Tetapi, mereka tidak lagi takut menghadapi masalah itu sendirian. Mereka telah belajar bahwa setiap tantangan adalah kesempatan untuk lebih dekat, lebih mengerti satu sama lain, dan memperkuat fondasi hubungan mereka.

 

Pada suatu malam, setelah makan malam bersama, Salsabila berbicara dengan serius, “Arjuna, aku tahu kita telah melewati banyak hal. Aku merasa sangat bahagia bisa bersamamu sekarang, tapi aku juga tahu, kehidupan tidak selalu akan mudah. Kita akan menghadapi banyak keputusan besar ke depan—keputusan yang mungkin mengubah arah hidup kita.”

 

Arjuna mendengarkan dengan penuh perhatian. “Aku tahu, Salsabila. Aku juga berpikir tentang itu. Tapi satu hal yang pasti—apapun yang terjadi, aku ingin melakukannya bersamamu. Kita tidak perlu khawatir tentang apa yang akan datang, karena kita punya satu sama lain.”

 

Salsabila mengangguk, merasa tenang dengan kata-kata Arjuna. Mereka berdua sadar bahwa meskipun dunia selalu berubah, ada satu hal yang tak akan pernah berubah: komitmen mereka satu sama lain. Mereka berdua sepakat bahwa apapun yang datang, mereka akan selalu berdiri bersama. Setiap langkah yang mereka ambil, mereka akan melangkah bersama.

 

Hari-hari berlalu, dan meskipun kehidupan penuh dengan tantangan dan kejutan, Arjuna dan Salsabila terus menjalani hidup mereka dengan penuh semangat. Mereka semakin dekat, semakin memahami satu sama lain. Mereka telah melangkah melewati rintangan yang ada, dan kini mereka tak lagi terpisah oleh jarak atau waktu. Mereka tahu, perjalanan mereka masih panjang, namun mereka yakin bahwa selama mereka berjalan bersama, tidak ada yang tak mungkin.

 

Di suatu sore yang cerah, mereka duduk berdua di teras rumah mereka, menikmati udara segar setelah hujan. Arjuna meraih tangan Salsabila dan berkata dengan penuh kasih, “Aku bersyukur bisa melangkah bersamamu, Salsabila. Tak ada yang lebih indah dari ini.”

 

Salsabila memandang Arjuna, dan dengan lembut membalas, “Aku juga, Arjuna. Aku merasa hidupku lengkap karena kamu. Tidak ada yang lebih aku inginkan selain berjalan bersamamu, tak lagi terpisah.”

 

Mereka berdua tersenyum, merasakan kedamaian dan kebahagiaan yang datang dengan mengetahui bahwa, untuk pertama kalinya, mereka bisa berjalan bersama, tidak terpisah oleh jarak, waktu, atau apapun. Mereka tahu bahwa perjalanan hidup mereka, meskipun penuh dengan tantangan, akan selalu lebih mudah dan lebih indah karena mereka tidak pernah lagi berjalan sendirian.***

———–THE END——–

 

Source: Muhammad Reyhan Sandafa
Tags: cinta setiacinta yang kuatcinta yang solid
Previous Post

TAK BISA HIDUP TANPAMU

Next Post

CERITA TENTANG KITA YANG PERTAMA

Related Posts

JIKA RINDU BISA TERBANG

JIKA RINDU BISA TERBANG

May 11, 2025
“MENJAGA CINTA DI ANTARA KILOMETER”

“MENJAGA CINTA DI ANTARA KILOMETER”

May 10, 2025
SELAMANYA MILIKMU: LANGIT YANG SAMA, CINTA YANG BERBEDA

SELAMANYA MILIKMU: LANGIT YANG SAMA, CINTA YANG BERBEDA

May 9, 2025
KISAH DI BALIK LAYAR

KISAH DI BALIK LAYAR

May 8, 2025
“JARAK MENGUJI, HATI BERTAHAN”

“JARAK MENGUJI, HATI BERTAHAN”

May 7, 2025
RINDU YANG TAK TERUCAP

RINDU YANG TAK TERUCAP

May 6, 2025
Next Post
CERITA TENTANG KITA YANG PERTAMA

CERITA TENTANG KITA YANG PERTAMA

DILEMA CINTA

DILEMA CINTA

LUKA YANG MENJADI DENDAM

LUKA YANG MENJADI DENDAM

Top Stories

LARA DALAM BALAS DENDAM HATI

LARA DALAM BALAS DENDAM HATI

May 17, 2025
KETIKA CINTA BERUBAH JADI SENJATA

KETIKA CINTA BERUBAH JADI SENJATA

May 16, 2025
KISAH DENDAM SANG MANTAN KEKASIH

KISAH DENDAM SANG MANTAN KEKASIH

May 15, 2025

Tentang Kisah Cinta

Kami menyajikan kumpulan novel dan cerpen cinta yang menggambarkan berbagai sisi cinta, dari yang manis hingga yang pahit, dari yang bahagia hingga yang menyayat hati

Connect on Social

© 2024 Kisahcinta.id

No Result
View All Result
  • Bucin
  • Jarak jauh
  • Pertama
  • Segitiga
  • Terlarang
  • Dendam Cinta
  • Penghianatan Cinta

© 2024 Kisahcinta.id