Kisah Cinta
  • Bucin
  • Jarak jauh
  • Pertama
  • Segitiga
  • Terlarang
  • Dendam Cinta
  • Penghianatan Cinta
No Result
View All Result
  • Bucin
  • Jarak jauh
  • Pertama
  • Segitiga
  • Terlarang
  • Dendam Cinta
  • Penghianatan Cinta
Kisah Cinta
No Result
View All Result

KETIKA HATI MENENTANG TAKDIR

SAME KADE by SAME KADE
January 29, 2025
in Cinta Terlarang
Reading Time: 18 mins read
KETIKA HATI MENENTANG TAKDIR

Daftar Isi

  • Bab 1: Pertemuan yang Tak Terduga
  • Bab 2: Hati yang Terikat
  • Bab 3: Keteguhan dalam Jarak
  • Bab 4: Cinta yang Terguncang
  • Bab 5: Menghadapi Takdir
  • Bab 6: Ketika Takdir Berubah

Bab 1: Pertemuan yang Tak Terduga

Pagi itu, Arka melangkah masuk ke ruangan rapat dengan wajah yang serius. Seperti biasanya, ia merasa terjebak dalam rutinitas yang tak pernah berubah—dari satu pertemuan ke pertemuan lainnya, dari satu proyek ke proyek lainnya. Ia bukanlah orang yang suka mencari perhatian, apalagi terlibat dalam hal-hal yang tak ada hubungannya dengan pekerjaannya. Namun, kali ini, ada sesuatu yang berbeda di dalam ruang rapat itu. Ada seseorang yang akan membuat segalanya berubah.

Nadya, seorang wanita muda yang baru saja dipindahkan dari cabang perusahaan di luar kota, duduk di sisi meja rapat. Ia tampak tenang, meskipun ada sedikit kecemasan di matanya. Nadya sudah mendengar banyak tentang Arka—seorang manajer senior yang terkenal dengan profesionalismenya yang tinggi dan sikapnya yang tegas. Dia tidak tahu mengapa, tapi sejak pertama kali mendengar nama Arka, hatinya terasa berdebar, seolah ada semacam koneksi yang belum terungkap. Namun, ia mencoba untuk tidak terlalu banyak berpikir, mengingat ini adalah pertemuan pertama mereka.

Saat Arka duduk di kursinya dan menyusun dokumen-dokumen, pandangannya tanpa sengaja bertemu dengan mata Nadya. Wajah wanita itu tampak cemas, namun ada sesuatu dalam sorot matanya yang menarik perhatian Arka. Mungkin hanya sebuah kebetulan, tapi saat itu, Arka merasa seperti ada sesuatu yang terhubung, meskipun ia tidak tahu apa itu.

“Nadya, kan?” Arka memulai percakapan dengan suara yang tegas namun tidak kasar. “Aku mendengar kamu baru saja bergabung dengan tim ini. Selamat datang.”

Nadya mengangguk dengan senyum kecil, merasa sedikit gugup karena perhatian Arka terfokus padanya. “Terima kasih, Pak Arka. Saya akan berusaha bekerja dengan baik di sini.”

“Jangan terlalu kaku, Nadya. Panggil aku Arka saja. Tidak ada yang perlu dijadikan jarak di sini.” Arka mencoba mencairkan suasana, meskipun ia sendiri merasa sedikit canggung. Tak ada alasan jelas mengapa ia merasa perlu berbicara lebih lama dengan Nadya, namun ada dorongan dalam dirinya yang membuatnya ingin mengenalnya lebih dekat.

Pertemuan rapat berlangsung cukup lama, dengan topik yang membahas perkembangan proyek yang sedang berjalan. Arka terlihat sangat fokus, berbicara dengan penuh keyakinan, sementara Nadya duduk mendengarkan dengan seksama, mengamati setiap gerak-gerik Arka yang penuh wibawa. Meskipun suasana rapat profesional, entah mengapa, mereka berdua merasa ada ketegangan halus di antara mereka—sebuah ketertarikan yang tak terucapkan.

Setelah rapat selesai, Arka beranjak dari kursinya dan menatap Nadya. “Nadya, aku ingin kamu bergabung dengan tim inti untuk proyek berikutnya. Aku yakin kamu akan memberi kontribusi yang besar.”

Nadya terkejut mendengar kata-kata Arka, meskipun ia merasa bangga. “Tentu, saya akan siap untuk itu, Pak Arka.”

Arka tersenyum tipis, namun ada sesuatu dalam senyum itu yang membuat Nadya merasa lebih tenang. “Aku akan menghubungimu lebih lanjut mengenai detail proyeknya. Semoga kita bisa bekerja sama dengan baik.”

Setelah itu, Arka meninggalkan ruangan rapat, namun Nadya tetap duduk sejenak, memikirkan kembali apa yang baru saja terjadi. Sejak ia pertama kali mendengar nama Arka, ia merasa ada sesuatu yang aneh. Kesan pertama terhadap Arka adalah sosok yang sangat profesional dan tegas, tetapi pertemuan hari itu meninggalkan perasaan yang berbeda—sesuatu yang lebih personal. Mungkin hanya perasaan berlebihan, pikirnya, namun ada dorongan yang kuat dalam dirinya untuk mengetahui lebih banyak tentang pria itu.

Hari-hari berlalu setelah pertemuan itu, dan Nadya mulai terlibat lebih dalam dalam pekerjaan. Arka memang benar—Nadya diberi kepercayaan untuk bergabung dalam tim inti untuk proyek besar yang akan datang. Seiring berjalannya waktu, mereka mulai bekerja lebih sering bersama. Setiap rapat, setiap pertemuan, mereka semakin dekat. Meski hanya dalam konteks pekerjaan, kedekatan mereka mulai terasa. Arka mulai mengagumi dedikasi Nadya, sementara Nadya mulai merasakan ketertarikan yang tidak bisa ia hindari.

Suatu hari, setelah rapat panjang yang menguras energi, mereka berdua duduk di kafe dekat kantor. Nadya sedang menikmati secangkir kopi hangat, sementara Arka memeriksa ponselnya. Meskipun mereka tidak berbicara banyak, suasana terasa lebih santai. Ada ketenangan yang hadir di antara mereka, meskipun keduanya tahu bahwa ada perasaan yang lebih dalam yang sedang berkembang.

“Arka,” Nadya memulai, sedikit ragu. “Aku… aku merasa agak canggung. Aku tidak tahu kenapa, tapi sejak pertama kali bertemu, aku merasa ada yang berbeda. Sepertinya kita berdua punya banyak hal yang tak terucapkan.”

Arka menatap Nadya, sejenak terdiam. Ia bisa merasakan kejujuran dalam kata-kata Nadya, dan ada sesuatu yang menarik hatinya. “Aku juga merasa begitu,” jawabnya pelan. “Ada sesuatu dalam dirimu yang sulit dijelaskan, Nadya.”

Mereka saling diam sejenak, merenung tentang apa yang baru saja diungkapkan. Perasaan itu masih terasa aneh dan membingungkan, tetapi mereka tahu bahwa kedekatan ini tidak bisa dipandang remeh. Mungkin takdir yang mengantarkan mereka pada pertemuan ini, atau mungkin hanya kebetulan. Namun, perasaan mereka jelas—ada sesuatu yang lebih dari sekadar hubungan profesional yang mulai tumbuh di antara mereka.

Namun, meskipun perasaan itu semakin menguat, mereka berdua tahu bahwa mereka tidak bisa begitu saja menyerah pada ketertarikan yang muncul begitu mendalam. Arka masih terikat dengan kewajibannya sebagai manajer, dan Nadya baru saja memulai perjalanan kariernya. Mereka tidak bisa begitu saja membiarkan perasaan itu mengubah segalanya.

Namun, hati mereka tetap berdebar-debar. Seperti dua orang yang tidak dapat menghindari kenyataan bahwa mereka terikat satu sama lain, meskipun takdir seakan menuntut mereka untuk tetap terpisah.

Malam itu, setelah berpisah dari kafe, Arka dan Nadya masing-masing pulang dengan perasaan yang tak terungkapkan. Mereka tahu bahwa pertemuan pertama ini bukanlah yang terakhir, dan mungkin, inilah awal dari sebuah perjalanan yang akan mengubah hidup mereka—sebuah perjalanan yang melawan takdir dan jarak yang memisahkan hati mereka.*

Bab 2: Hati yang Terikat

Minggu demi minggu berlalu sejak pertemuan pertama mereka, dan meskipun Arka dan Nadya masih berusaha menjaga jarak profesional, ada perasaan yang tak bisa lagi mereka sembunyikan. Setiap pesan yang mereka tukar, setiap pertemuan yang terjadi, semakin mempererat ikatan yang tak terucapkan di antara mereka. Mereka berdua mencoba untuk berpikir logis dan rasional, tetapi hati mereka berkata lain.

Di kantor, hubungan mereka semakin dekat. Mereka mulai berbicara lebih banyak, tidak hanya tentang pekerjaan, tetapi juga tentang kehidupan pribadi mereka. Arka, yang biasanya terlihat serius dan tertutup, mulai membuka diri kepada Nadya. Begitu juga Nadya, yang selama ini dikenal sebagai sosok yang penuh perhitungan, mulai lebih santai dan terbuka di hadapan Arka.

Suatu hari, di tengah kesibukan pekerjaan, Nadya mengirimkan pesan singkat kepada Arka. Pesan yang sederhana, hanya tentang perkembangan proyek, namun ada sesuatu dalam kata-katanya yang membuat Arka tersenyum tipis. “Terima kasih atas bimbingannya, Arka. Aku merasa sangat dihargai di sini.”

Pesan itu mungkin terlihat biasa saja, namun bagi Arka, itu adalah tanda bahwa Nadya mulai merasa nyaman dan dihargai. Hal itu memberi Arka perasaan hangat yang sulit dijelaskan. Meskipun mereka hanya bekerja bersama di kantor, Arka merasakan adanya kedekatan yang tumbuh di antara mereka. Ia mulai merindukan saat-saat ketika bisa berbicara dengan Nadya lebih lama, tanpa terbatas oleh tugas pekerjaan.

Tak lama setelah pesan itu, Arka memutuskan untuk menghubungi Nadya. Mereka berbicara tentang pekerjaan, tetapi percakapan itu dengan cepat beralih ke hal-hal lain yang lebih pribadi. Mereka mulai berbagi cerita tentang keluarga, teman, dan bahkan mimpi-mimpi mereka yang masih jauh di depan. Arka merasa nyaman berbicara dengan Nadya, seolah mereka sudah saling mengenal bertahun-tahun.

Namun, seiring berjalannya waktu, perasaan mereka menjadi semakin kuat, namun juga semakin rumit. Mereka berdua menyadari bahwa ada hal-hal yang menghalangi mereka untuk lebih dekat. Arka memiliki tanggung jawab besar di perusahaan, dan Nadya, meskipun tertarik pada Arka, merasa ragu untuk membuka hati sepenuhnya. Ia takut hubungan mereka hanya akan menjadi gangguan bagi kariernya yang sedang berkembang. Ditambah lagi, ada jarak yang memisahkan mereka—jarak yang tidak hanya secara fisik, tetapi juga emosional, karena keduanya tahu bahwa sebuah hubungan yang berkembang di tengah kesibukan masing-masing bisa berisiko.

Suatu malam, setelah beberapa minggu menjalani rutinitas yang hampir sama, Arka mengajak Nadya untuk bertemu. Mereka bertemu di sebuah restoran kecil yang tenang, jauh dari hiruk-pikuk kota. Kedua hati mereka dipenuhi dengan perasaan yang tak bisa mereka ungkapkan secara langsung, namun kehadiran satu sama lain sudah cukup memberi kehangatan yang mereka butuhkan.

“Apakah kamu pernah merasa takut, Nadya?” tanya Arka, memulai percakapan dengan nada serius. “Takut kalau kita jatuh terlalu dalam, dan akhirnya kita terluka?”

Nadya terdiam sejenak, merenungkan pertanyaan itu. Ia mengaduk secangkir kopinya, mencoba mencari kata-kata yang tepat. “Aku rasa setiap orang pasti pernah merasa seperti itu, kan?” jawabnya akhirnya, suara sedikit bergetar. “Takut bahwa perasaan kita bisa membuat kita rentan, membuat kita terjatuh, dan tidak bisa bangkit lagi. Tapi, apakah kita bisa hidup tanpa mencoba, Arka? Tanpa memberi kesempatan pada diri kita untuk merasakan apa itu cinta?”

Arka mengangguk pelan, menatap Nadya dengan serius. “Aku tahu, Nadya. Aku merasa hal yang sama. Tetapi ada banyak hal yang menghalangi kita. Aku tidak ingin kita terjebak dalam perasaan yang hanya sementara, atau hanya sekadar menggantungkan harapan pada sesuatu yang tidak pasti. Aku juga tidak ingin hubungan kita mengganggu kehidupan kita masing-masing.”

Namun, meskipun kata-kata itu terucap, ada sesuatu yang tidak bisa mereka hindari. Mereka saling memandang, dan dalam sekejap mata, perasaan yang tidak bisa lagi mereka sembunyikan muncul begitu saja. Mereka berdua tahu bahwa cinta yang mulai tumbuh ini bukanlah sesuatu yang bisa mereka kontrol. Ada ikatan yang mengikat hati mereka lebih kuat daripada jarak yang memisahkan mereka.

“Kita tidak bisa menghentikan perasaan ini, Arka,” kata Nadya, suara lembut namun penuh keyakinan. “Kita bisa berusaha sekuat mungkin untuk menahan diri, tapi hati kita sudah terikat. Entah itu takdir atau hanya kebetulan, tapi kita tidak bisa menyangkalnya.”

Arka menatap Nadya, dan untuk pertama kalinya dalam beberapa minggu terakhir, ia merasa ketenangan yang luar biasa. Nadya benar. Mereka berdua sudah terikat, terlepas dari apa yang mereka coba untuk rasionalisasikan. Perasaan itu telah tumbuh, dan meskipun ada banyak ketakutan dan keraguan, mereka tidak bisa lagi menghindari kenyataan.

“Jika kita sudah terikat, Nadya,” kata Arka, matanya penuh dengan tekad, “maka kita harus menghadapi apa pun yang datang bersama-sama. Aku tidak ingin kita hanya terjebak dalam kebingungan, atau terjebak dalam perasaan yang tidak jelas. Kita harus memutuskan apakah kita siap untuk berjuang bersama, meskipun ada banyak hal yang bisa menghalangi kita.”

Nadya menatapnya, matanya berbinar dengan emosi yang sama. “Aku siap, Arka. Aku tahu ini tidak akan mudah. Kita akan menghadapi banyak rintangan. Tapi aku yakin, jika kita bersama, kita bisa menghadapinya.”

Malam itu, meskipun mereka tahu bahwa masa depan mereka tidak akan mudah, ada perasaan yang dalam mengikat mereka. Mereka menyadari bahwa cinta tidak hanya soal kebahagiaan yang instan, tetapi tentang keberanian untuk menghadapi ketakutan dan keraguan yang datang bersama perjalanan itu. Hati mereka mungkin sudah terikat, namun perasaan itu tidak membuat mereka lemah. Sebaliknya, itu memberi mereka kekuatan untuk menghadapi apa pun yang takdir persiapkan untuk mereka.

Mereka berdua tahu bahwa hubungan ini, meskipun penuh dengan ketidakpastian, adalah sebuah keputusan yang harus mereka ambil bersama. Hati mereka yang terikat kini harus menghadapi kenyataan yang tak terhindarkan—bahwa takdir mungkin tidak selalu memihak, tetapi cinta yang sejati akan selalu menemukan jalannya.*

Bab 3: Keteguhan dalam Jarak

Sejak malam itu, ketika mereka mengakui perasaan yang sudah tak terbendung lagi, Arka dan Nadya merasa seakan dunia mereka berubah. Namun, meskipun mereka berdua tahu bahwa mereka kini saling mencintai, kenyataan tak bisa begitu saja diabaikan. Jarak, baik fisik maupun emosional, tetap menjadi tantangan yang besar bagi mereka.

Arka berada di kota yang berbeda, dengan pekerjaan yang menuntut waktu dan perhatian penuh. Nadya, meskipun kini lebih terbuka tentang perasaannya, tetap merasa terikat dengan rutinitas dan komitmen yang ada di kota tempat ia tinggal. Keduanya tahu bahwa cinta mereka harus diuji oleh waktu dan jarak. Namun, mereka juga sepakat untuk tidak membiarkan jarak itu menjadi alasan untuk mundur. Mereka berjanji untuk menjaga hubungan ini tetap hidup, meskipun penuh dengan keterbatasan.

Hari-hari berlalu dengan cepat, dan setiap kali mereka berkomunikasi melalui pesan atau panggilan video, hati mereka semakin kuat. Mereka berbagi cerita, tawa, dan bahkan keheningan yang nyaman. Namun, meskipun komunikasi mereka intens, ada rasa rindu yang tak pernah bisa dihilangkan. Nadya sering kali menatap layar ponselnya, menunggu pesan atau panggilan dari Arka, merasa seperti ada yang hilang ketika mereka tidak berbicara.

Sementara itu, Arka pun merasakan hal yang sama. Setiap kali ia kembali ke apartemennya setelah hari yang panjang di kantor, ia merindukan Nadya. Meskipun dunia di sekitarnya terlihat sibuk dan penuh dengan kesibukan, ia selalu merasa kosong tanpa Nadya di sana. Pekerjaan yang seharusnya menyibukkannya malah menjadi lebih berat ketika ia merasa tidak ada yang bisa berbagi kisah atau kesulitan. Ia merasa seakan ada bagian dari dirinya yang hilang, bagian yang hanya bisa ia temukan dalam percakapan dengan Nadya

Namun, meskipun mereka merasa semakin dekat, ada banyak rintangan yang harus dihadapi. Arka masih harus menjalani tanggung jawab besar di perusahaan, yang sering kali mengharuskannya bekerja lembur dan bepergian ke berbagai tempat. Nadya pun tidak kalah sibuk dengan pekerjaannya yang menuntut banyak perhatian. Jarak antara mereka semakin terasa ketika kesibukan masing-masing mulai menguras energi mereka. Pernah suatu kali, setelah seminggu penuh dengan pekerjaan yang menumpuk, mereka hanya bisa saling mengirim pesan singkat dan itu pun dengan rasa kecewa.

“Arka,” tulis Nadya di suatu malam, “sudah seminggu kita tidak benar-benar berbicara. Aku mulai merasa kita semakin jauh.”

Pesan itu membuat hati Arka terhimpit. Ia tahu bahwa Nadya sedang merasa kesepian, dan ia pun merasakan hal yang sama. Namun, apa yang bisa ia lakukan selain terus berusaha bekerja keras untuk masa depan mereka berdua?

Arka membalas pesan itu dengan pelan, mencoba memberi kata-kata yang bisa menenangkan hati Nadya. “Aku tahu, Nadya. Aku juga merasa hal yang sama. Tapi kita harus ingat bahwa ini hanya sementara. Aku sedang berusaha untuk menata segala sesuatunya agar kita bisa lebih sering bertemu. Jangan ragu untuk berbicara dengan aku kapan saja, meskipun aku sedang sibuk.”

Namun, meskipun kata-kata itu terdengar meyakinkan, kenyataan tidak semudah itu. Mereka masih terpisah oleh jarak yang tak bisa dihindari. Mereka tidak bisa begitu saja pergi berlibur bersama atau merayakan hari-hari penting seperti pasangan lain. Mereka hanya bisa saling mendukung dari jauh, berharap bahwa waktu akan membawa mereka lebih dekat.

Suatu malam, setelah berbicara dengan Nadya melalui panggilan video, Arka merenung panjang. Mereka telah berbicara tentang banyak hal—tentang pekerjaan, tentang kehidupan pribadi, dan bahkan tentang impian mereka. Tetapi meskipun percakapan mereka berlangsung hangat, Arka merasa ada sebuah kehampaan. Ia merindukan kehadiran fisik Nadya, merindukan saat-saat ketika mereka bisa bersama tanpa terhalang oleh layar kaca.

“Kenapa harus seperti ini?” pikirnya. “Kenapa harus ada jarak yang memisahkan kita?”

Namun, meskipun perasaan itu datang dan pergi, Arka berusaha tetap teguh. Ia tahu bahwa cinta mereka tidak bisa terhalang oleh jarak. Mereka harus bertahan dan berjuang untuk hubungan ini, meskipun jalan yang mereka tempuh tidak mudah. Ia juga tahu bahwa setiap hubungan memiliki tantangannya sendiri, dan ini adalah bagian dari ujian mereka.

Beberapa minggu setelah percakapan itu, Arka memutuskan untuk melakukan sesuatu yang berbeda. Ia merencanakan perjalanan ke kota tempat Nadya tinggal, meskipun itu berarti harus meluangkan waktu di tengah kesibukan kerja. Ia tahu ini akan menjadi kesempatan langka untuk bertemu langsung dengan Nadya dan mengatasi rasa rindu yang sudah menumpuk.

Ketika akhirnya mereka bertemu, rasanya seperti sebuah kebahagiaan yang tak bisa digambarkan. Nadya menunggu di bandara dengan senyuman lebar, dan ketika Arka melihatnya, ia merasa seakan dunia berhenti sejenak. Mereka saling berpelukan dengan erat, seolah ingin menghapus semua jarak yang memisahkan mereka selama ini. Rasa rindu yang terpendam akhirnya terbayar dengan satu pelukan hangat.

Namun, meskipun pertemuan itu sangat berarti, Arka tahu bahwa itu hanya sementara. Mereka tidak bisa selalu bersama seperti itu. Setelah beberapa hari bersama, Arka harus kembali ke kota tempat ia bekerja, dan Nadya harus kembali ke rutinitasnya. Pertemuan itu, meskipun indah, juga menyadarkan mereka bahwa jarak akan selalu ada di antara mereka.

“Kita bisa bertahan, kan?” tanya Nadya, dengan mata yang penuh harapan.

Arka memegang tangannya dengan lembut. “Kita pasti bisa, Nadya. Cinta ini lebih kuat dari sekadar jarak. Kita hanya perlu tetap teguh, tetap sabar.”

Mereka berpisah dengan berat hati, tetapi ada sebuah keyakinan baru dalam diri mereka. Meskipun jarak memisahkan, mereka tahu bahwa cinta mereka bisa mengatasi segalanya. Keteguhan mereka dalam menghadapi tantangan ini adalah bukti bahwa cinta sejati tidak mengenal batas. Jarak hanya akan membuat mereka lebih kuat, bukan lebih lemah.*

Bab 4: Cinta yang Terguncang

Hari-hari berjalan dengan lambat setelah pertemuan singkat mereka di kota tempat Nadya tinggal. Arka kembali ke kesibukan pekerjaannya, dan Nadya kembali menjalani rutinitas sehari-hari. Meski mereka tetap berkomunikasi, ada sesuatu yang berubah. Sesuatu yang tak terucapkan, namun terasa di setiap pesan yang mereka tukar dan dalam setiap percakapan yang mereka lakukan.

Seiring berjalannya waktu, Arka merasa semakin tertekan oleh kenyataan bahwa hubungan mereka tampaknya semakin sulit dipertahankan. Tangung jawab pekerjaan yang semakin menumpuk, serta jarak yang memisahkan mereka, mulai menguras emosinya. Meskipun ia tahu betapa berharganya hubungan ini, rasa lelah dan frustasi sering kali muncul tanpa diduga. Ada hari-hari ketika ia merasa seakan-akan dunia itu tidak berpihak padanya.

Nadya pun merasakan perubahan yang sama. Meski selalu berusaha untuk memahami kesibukan Arka, ada saat-saat ketika ia merasa terabaikan. Ketika percakapan mereka semakin singkat, atau bahkan terkadang terputus begitu saja karena kesibukan masing-masing, hatinya mulai terguncang. Ia mulai merasa ada ketidakseimbangan dalam hubungan mereka. Cinta itu seolah dipertanyakan, bukan karena mereka tidak saling mencintai, tetapi karena keadaan yang memaksa mereka untuk menjauh.

Suatu malam, ketika Arka sedang bekerja lembur, Nadya memutuskan untuk menelpon. Ia sudah mencoba menghubungi Arka beberapa kali sepanjang hari, namun tak ada jawaban. Arka tidak pernah melewatkan kesempatan untuk menjawab pesan atau teleponnya, tetapi kali ini, ia benar-benar tidak bisa dihubungi.

Ketika akhirnya Arka menelpon kembali, Nadya sudah tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya. “Kenapa kamu tidak mengangkat teleponku tadi?” Nadya bertanya dengan suara yang sedikit tegang. “Aku khawatir ada yang terjadi padamu.”

Arka mendesah pelan. “Maaf, Nadya. Aku sedang sibuk dengan pekerjaan. Aku benar-benar tidak mendengar teleponmu.”

Nadya merasa ada sesuatu yang berbeda dalam suara Arka. Ada kekosongan yang sulit dijelaskan. “Tapi kita sudah jarang berbicara, Arka. Sepertinya semuanya mulai berubah. Aku mulai merasa seperti kita hanya berkomunikasi untuk memenuhi kewajiban, bukan karena kita benar-benar ingin berbicara lagi.”

Kata-kata Nadya seperti petir yang menyambar. Arka terdiam sejenak, mencoba meresapi apa yang baru saja diucapkan oleh Nadya. Dalam hati, ia tahu Nadya benar. Ia pun merasakannya, namun selalu berusaha untuk menyangkalnya. Rasa cemas dan tertekan yang terus mengikutinya kini menjadi beban yang tak tertahankan.

“Aku tahu, Nadya,” kata Arka dengan suara serak. “Aku merasa hal yang sama. Tapi aku tidak tahu harus bagaimana. Pekerjaan ini benar-benar menguras waktu dan energi. Aku ingin lebih banyak waktu untukmu, tapi aku juga tidak bisa meninggalkan tanggung jawabku.”

Nadya bisa merasakan kebingungannya. Ia mengerti betapa pentingnya pekerjaan bagi Arka, tetapi ia juga merasa bahwa dirinya mulai terpinggirkan dalam hubungan mereka. Cinta yang dulu terasa begitu kuat kini mulai terhimpit oleh jarak, oleh pekerjaan, dan oleh ketegangan yang tak terungkapkan. Ia merasa seperti hanya menjadi bayang-bayang dalam hidup Arka, seseorang yang hanya hadir saat ada waktu luang.

“Tapi aku juga merasa terabaikan, Arka,” Nadya menjawab dengan nada perlahan, “Aku tahu kamu sibuk, tetapi aku ingin kita tetap ada untuk satu sama lain. Aku tidak bisa terus merasa seperti ini. Aku butuh kamu, Arka.”

Kata-kata Nadya membuat hati Arka teriris. Ia tidak pernah bermaksud untuk membuat Nadya merasa terabaikan, namun kenyataannya mereka kini berada di titik yang sulit. Mereka saling mencintai, tetapi keadaan sepertinya terus menghalangi mereka untuk benar-benar merasakan kebahagiaan bersama. Cinta yang mereka miliki kini terasa berat, seperti beban yang semakin membebani kedua hati mereka.

“Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan kita, Nadya,” Arka berkata, suaranya terdengar pecah. “Aku merasa kita terjebak dalam rutinitas yang sama, dan aku tidak tahu bagaimana kita bisa keluar dari sini.”

Perasaan cemas dan frustasi mulai mengambil alih hati Nadya. Ia tidak bisa membayangkan hidup tanpa Arka, namun di sisi lain, ia merasa semakin jauh darinya. Mereka berbicara tentang masa depan, tetapi tidak ada solusi yang tampak nyata. Setiap percakapan berakhir dengan rasa tak terpecahkan, dan jarak antara mereka semakin melebar.

Di tengah kebingungannya, Nadya merasa sebuah keputusan harus diambil. Ia mulai bertanya-tanya apakah hubungan ini memang masih bisa bertahan. Meskipun cinta itu masih ada, perasaan itu terasa semakin terpinggirkan oleh kenyataan yang tak dapat dihindari. Ia merasa dilema antara mempertahankan hubungan yang penuh perjuangan ini atau melepaskan diri dari rasa sakit yang semakin dalam.

Beberapa hari setelah percakapan itu, Nadya memutuskan untuk berbicara dengan Arka secara langsung. Ia merasa bahwa hanya dengan bertemu, mereka bisa lebih memahami apa yang terjadi di hati masing-masing. Mereka bertemu di sebuah kafe, tempat yang pernah menjadi saksi pertemuan pertama mereka.

“Aku tidak tahu bagaimana kita bisa menghadapinya, Arka,” Nadya berkata dengan suara lembut, tetapi penuh ketegasan. “Aku merasa kita mulai kehilangan arah. Cinta kita, yang dulu begitu terang, kini terasa redup.”

Arka menatapnya dengan penuh penyesalan. “Aku tidak ingin kehilangan kamu, Nadya. Aku tahu aku telah berubah, tapi itu bukan karena aku tidak mencintaimu. Ini hanya… keadaan yang mengelilingi kita.”

Keduanya saling diam untuk beberapa saat, merenung dalam keheningan yang terasa begitu berat. Cinta mereka memang ada, namun realitas hidup dan tekanan yang datang bersama tanggung jawab masing-masing mulai mengguncang hubungan yang mereka bangun.

Nadya menghela napas panjang. “Mungkin kita butuh waktu, Arka. Mungkin kita harus mencari tahu apa yang sebenarnya kita inginkan. Karena aku tidak bisa terus seperti ini. Kita harus jujur pada diri sendiri.”

Percakapan itu mengguncang keduanya. Mereka tahu bahwa cinta mereka sedang diuji. Ini bukan sekadar masalah jarak, tetapi juga tentang bagaimana mereka bisa menjaga cinta mereka tetap hidup di tengah kenyataan yang penuh dengan ketegangan dan ketidakpastian. Meski perasaan mereka masih kuat, mereka harus menghadapinya dengan keberanian dan kejujuran.

Akhirnya, mereka memutuskan untuk memberi ruang bagi diri mereka masing-masing, untuk memikirkan kembali apa yang terbaik untuk masa depan mereka. Namun, meskipun hati mereka terguncang, mereka tahu satu hal yang pasti: mereka tidak akan pernah melupakan cinta yang pernah mereka bagi.

Bab 5: Menghadapi Takdir

Hari-hari setelah pertemuan di kafe itu terasa semakin berat bagi Nadya dan Arka. Keduanya mengambil waktu untuk merenung dan memberi ruang bagi diri mereka untuk berpikir. Mereka tidak lagi berbicara sesering dulu. Kadang, ada rindu yang terpendam, tetapi juga rasa takut yang semakin dalam, takut jika hubungan mereka benar-benar harus berakhir. Ketegangan yang mereka rasakan bagaikan beban yang tidak mudah dibawa, namun keduanya berusaha menghadapinya dengan cara mereka masing-masing.

Arka, setelah beberapa hari merenung, mulai menyadari satu hal: ia merasa terhimpit oleh berbagai tanggung jawab dalam hidupnya. Pekerjaan yang semakin menumpuk, jarak yang membentang antara dirinya dan Nadya, serta perasaan bahwa hubungan ini semakin rapuh, membuatnya merasa tak berdaya. Ia merasa seperti berada di persimpangan jalan, terjebak dalam pilihan yang tak kunjung jelas.

Namun, ada satu hal yang membuat Arka tak bisa menyerah begitu saja. Cinta kepada Nadya adalah kekuatan terbesar dalam hidupnya, dan ia tidak bisa mengabaikannya begitu saja. Setiap kali ia mencoba melangkah maju, bayang-bayang Nadya selalu mengikuti, mengingatkannya bahwa ia tidak bisa terus menghindar. Cinta mereka sudah terjalin begitu dalam, dan meskipun takdir seperti menantang mereka untuk memilih jalan yang lebih mudah, Arka tahu bahwa ia harus memilih untuk berjuang.

Di sisi lain, Nadya pun merasa sama. Cinta yang mereka miliki tidak bisa dibiarkan begitu saja menguap. Namun, meskipun ia merasa cinta itu masih ada, ia tidak bisa menutup mata terhadap kenyataan yang ada. Jarak yang memisahkan mereka, kesibukan masing-masing, dan perasaan yang semakin tertahan membuatnya merasa tak mampu lagi bertahan tanpa kepastian. Ia mulai mempertanyakan apakah takdir mereka memang akan selalu seperti ini, terpisah oleh waktu dan ruang.

Hari-hari berlalu dengan perasaan penuh keraguan. Nadya merasa semakin lelah dengan kebimbangan yang menghinggapi hatinya. Ia merasa tak ada gunanya bertahan jika akhirnya hubungan ini hanya akan berujung pada ketidakpastian. Sementara itu, Arka merasa semakin terdesak. Setiap percakapan dengan Nadya terasa semakin singkat dan semakin penuh dengan ketegangan. Mereka berdua merasa seolah-olah tak ada jalan keluar dari dilema ini.

Suatu hari, ketika Arka sedang duduk sendirian di apartemennya, ia menerima pesan singkat dari Nadya. “Arka, aku rasa kita perlu bicara lagi. Aku merasa semakin bingung dan tidak tahu harus bagaimana.”

Pesan itu membuat hati Arka berdebar. Ia tahu ini adalah momen penting, sebuah titik balik dalam hubungan mereka. Arka segera membalas pesan itu, mengajak Nadya untuk bertemu. Mereka sepakat untuk bertemu di sebuah tempat yang cukup jauh dari keramaian, sebuah taman yang pernah mereka kunjungi bersama saat masih menikmati kebersamaan mereka.

Di bawah rindangnya pohon, mereka duduk berhadapan, terdiam untuk beberapa saat. Suasana di sekitar mereka cukup tenang, namun hati masing-masing terasa dipenuhi dengan berbagai pertanyaan yang belum terjawab. Nadya menatap Arka dengan mata yang penuh kelelahan, sementara Arka mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk mengungkapkan perasaannya.

“Apa yang sebenarnya kita cari, Nadya?” Arka akhirnya memecah keheningan itu. “Aku merasa semakin jauh dari kamu, semakin jauh dari diri kita yang dulu. Aku tidak ingin kehilangan kamu, tapi aku juga tidak tahu bagaimana kita bisa bertahan dalam kondisi seperti ini.”

Nadya menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. Ia tahu ini bukanlah percakapan yang mudah, tetapi ia juga tahu bahwa ia tidak bisa terus hidup dalam kebimbangan. “Aku juga merasa seperti itu, Arka. Aku merasa kita seperti berada di jalan yang berbeda. Meskipun kita masih mencintai satu sama lain, ada begitu banyak hal yang menghalangi kita untuk benar-benar bersama. Dan aku tidak tahu apakah kita bisa terus seperti ini.”

Arka menundukkan kepala, merasakan beban yang semakin berat di dadanya. Ia tahu Nadya benar. Cinta mereka memang kuat, tetapi dunia yang ada di sekitar mereka seakan berusaha memisahkan mereka. Jarak yang memisahkan, pekerjaan yang semakin menguras energi, dan ketidakpastian yang terus membayangi hubungan mereka, semuanya membuatnya merasa terjebak dalam suatu takdir yang tidak bisa mereka hindari.

Namun, meskipun perasaan itu ada, Arka tahu bahwa ia tidak bisa menyerah begitu saja. Ia harus mengambil keputusan yang tegas. “Nadya,” katanya dengan suara yang lebih tegas. “Aku tahu ini bukanlah jalan yang mudah. Tapi aku tidak bisa terus hidup dengan perasaan ini. Aku mencintaimu, dan aku ingin kita berjuang untuk hubungan ini. Aku tahu takdir kita tidak sempurna, dan kita mungkin harus menghadapi kenyataan yang sulit. Tapi aku ingin berjuang untuk kamu.”

Mata Nadya terlihat berkaca-kaca. Ia tahu bahwa Arka telah mengungkapkan isi hatinya dengan jujur. Ia juga tahu bahwa mereka tidak bisa terus terjebak dalam ketidakpastian ini. Meskipun takdir tampaknya selalu menghadang mereka, ia tahu bahwa cinta mereka lebih kuat daripada segala rintangan yang ada. “Aku juga mencintaimu, Arka. Aku tidak ingin menyerah begitu saja. Mungkin takdir kita memang sulit, tapi aku percaya kita bisa menghadapinya bersama.”

Mereka saling menatap, dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama, ada secercah harapan yang muncul dalam hati masing-masing. Mereka tahu bahwa hubungan ini tidak akan mudah, dan mereka mungkin harus menghadapinya dengan lebih banyak kesulitan, namun satu hal yang pasti: mereka tidak akan menyerah begitu saja. Takdir mungkin telah menguji mereka, tetapi mereka berdua siap untuk menghadapinya bersama, karena cinta mereka lebih kuat daripada segala halangan yang ada.

Setelah pertemuan itu, Arka dan Nadya sepakat untuk terus berjuang, meskipun jarak dan kenyataan yang sulit tetap menjadi bagian dari hidup mereka. Mereka tahu bahwa hubungan ini memerlukan usaha dan keteguhan, tetapi mereka juga sadar bahwa cinta yang mereka miliki adalah alasan yang cukup kuat untuk terus berjalan, menghadapi takdir bersama.

Bab 6: Ketika Takdir Berubah

Hari-hari berlalu dengan penuh ketegangan dan perasaan yang tidak mudah. Arka dan Nadya terus berjuang dengan hubungan mereka, meskipun takdir yang tampaknya selalu menguji mereka tak pernah benar-benar memberi kelonggaran. Namun, meskipun mereka merasa terhimpit, keduanya tahu bahwa hubungan ini memiliki arti yang lebih dalam dari sekadar rasa sakit dan kebimbangan. Cinta mereka masih ada, meskipun tidak mudah untuk dipertahankan.

Kehidupan mereka kembali berjalan dalam rutinitas masing-masing, namun ada sesuatu yang berbeda. Setiap pesan, setiap panggilan telepon, dan setiap percakapan singkat menjadi sangat berharga. Mereka tidak lagi merasa bisa mengambil satu sama lain begitu saja. Waktu yang terbatas, jarak yang memisahkan, dan kenyataan yang sulit membuat mereka semakin sadar akan betapa berharganya hubungan mereka. Mereka tahu, cinta ini bukan hanya tentang kebahagiaan bersama, tetapi tentang keberanian untuk bertahan di tengah segala tantangan.

Arka merasa ada perubahan dalam dirinya. Setiap hari ia semakin menyadari bahwa pekerjaan dan segala tanggung jawab yang selama ini menguasai hidupnya tidak akan ada artinya jika ia kehilangan Nadya. Rindu yang ia rasakan semakin kuat, seakan-akan mengingatkannya pada keputusan yang harus ia ambil. Cinta mereka, meskipun terhalang oleh jarak, adalah sesuatu yang layak diperjuangkan. Dalam hati Arka, sebuah keyakinan tumbuh bahwa mungkin, justru karena ketidakpastian ini, mereka akan lebih menghargai satu sama lain.

Sementara itu, Nadya juga merasakan perubahan dalam dirinya. Semakin lama ia merenung, semakin jelas baginya bahwa ia tidak bisa terus hidup dalam kebimbangan. Meski cinta itu terasa berat, ia tidak ingin menyerah. Ia merasa semakin yakin bahwa takdir yang mereka hadapi bukanlah takdir yang harus mereka terima begitu saja. Mereka bisa mengubahnya. Mereka bisa berjuang untuk kebahagiaan mereka, meskipun banyak rintangan yang menghadang. Nadya mulai merasa bahwa segala sesuatu yang telah terjadi dalam hidupnya, baik atau buruk, mungkin adalah bagian dari perjalanan untuk mencapai kebahagiaan sejati.

Tiba-tiba, sebuah perubahan tak terduga datang. Arka mendapat tawaran untuk sebuah proyek penting di luar negeri, sebuah kesempatan yang telah lama ia impikan. Tawaran itu datang dengan janji bahwa jika ia berhasil, kariernya akan melesat jauh ke depan. Namun, di sisi lain, tawaran itu juga membawa konsekuensi besar: ia harus pergi untuk waktu yang lama, mungkin bertahun-tahun, dan jarak yang semakin jauh akan semakin sulit untuk dijembatani.

Ketika Arka menghubungi Nadya untuk memberi kabar tentang tawaran itu, suasana hatinya campur aduk. Ia tahu bahwa ini adalah kesempatan besar, namun hatinya terasa berat. “Nadya,” katanya dengan suara lembut. “Aku mendapat tawaran proyek yang luar biasa, tapi itu berarti aku harus pergi jauh, mungkin lebih lama dari yang kita kira. Aku tidak tahu harus bagaimana.”

Nadya yang sedang duduk di ruang kerjanya, mendengar kata-kata Arka, merasa seolah-olah dunia terhenti sejenak. Ia tahu betul apa artinya tawaran itu bagi Arka. Pekerjaan ini adalah sesuatu yang telah lama ia impikan, dan ia tahu bahwa Arka tak bisa melewatkan kesempatan ini begitu saja. Namun, di sisi lain, Nadya merasa ketakutan yang mendalam. Jarak mereka sudah cukup jauh, dan jika Arka pergi, apa yang tersisa untuk mereka berdua?

Namun, dalam hatinya, Nadya tahu bahwa ini adalah momen yang harus mereka hadapi bersama. Mereka tidak bisa terus berlari dari kenyataan. Cinta mereka memang diuji dengan jarak yang jauh, tetapi kali ini, mereka harus memutuskan apakah mereka benar-benar siap untuk menghadapi tantangan berikutnya.

“Nadya, aku tidak ingin pergi jika itu akan membuat kita semakin terpisah. Aku tahu ini keputusan besar, dan aku ingin kamu tahu bahwa aku mencintaimu. Tapi aku juga tidak bisa menolak kesempatan ini. Apa yang harus kita lakukan?” Arka bertanya dengan penuh keteguhan, tetapi juga keraguan.

Nadya menghela napas panjang. “Arka, aku tahu ini bukanlah keputusan yang mudah. Tapi kita tidak bisa terus hidup dalam ketakutan. Cinta kita sudah cukup kuat untuk menghadapi apapun, termasuk jarak yang semakin jauh. Jika kamu merasa ini adalah langkah yang harus kamu ambil, aku akan mendukungmu, meskipun hati ini berat sekali.”

Arka terdiam. Ia tidak pernah membayangkan bahwa suatu hari ia akan dihadapkan pada pilihan seperti ini. Meninggalkan Nadya untuk mengejar impian kariernya atau memilih untuk tetap tinggal bersama Nadya dan menghadapi kenyataan yang sulit. Namun, kata-kata Nadya memberinya kekuatan. Nadya tidak ingin menghalangi impiannya, tetapi ia juga tidak ingin kehilangan dia. Cinta mereka memang sudah kuat, tetapi mereka tahu bahwa cinta itu bukan sekadar bertahan, melainkan juga tentang memberi dukungan dan kebebasan untuk berkembang.

Setelah percakapan itu, Arka merasa lebih yakin dengan keputusannya. Ia tahu bahwa meskipun jarak akan memisahkan mereka, cinta mereka akan terus bertahan. Mereka tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, tetapi mereka tahu bahwa mereka harus menghadapi takdir dengan cara mereka sendiri. Takdir mungkin tidak akan pernah sempurna, tetapi mereka akan menciptakan jalan mereka sendiri, bersama-sama.

Arka akhirnya memutuskan untuk menerima tawaran tersebut. Ia akan pergi untuk waktu yang lama, tetapi ia juga berjanji kepada Nadya bahwa meskipun fisiknya jauh, hatinya akan selalu bersamanya. Nadya, meskipun terasa berat, memutuskan untuk mendukung keputusan Arka. Mereka tahu bahwa hubungan ini bukan tentang menjaga jarak, tetapi tentang bagaimana mereka bisa tetap saling mencintai meskipun segala sesuatu di luar sana berusaha menghalangi mereka.

Keputusan ini, meskipun sulit, membawa perubahan yang besar dalam hubungan mereka. Mereka tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, tetapi mereka tahu bahwa cinta mereka akan tetap ada, apapun yang terjadi. Takdir memang menguji mereka dengan cara yang tidak terduga, tetapi mereka juga tahu bahwa dengan keteguhan hati, mereka bisa mengubah takdir mereka menjadi sebuah kisah yang penuh harapan dan keberanian.

Dengan langkah pasti, Arka berangkat untuk mewujudkan impian kariernya, sementara Nadya tetap tinggal di kota yang sama, tetapi dengan hati yang lebih kuat dan penuh keyakinan. Mereka tahu bahwa perpisahan ini bukan akhir dari segalanya, tetapi awal dari perjalanan yang lebih panjang, perjalanan untuk mencari kebahagiaan mereka masing-masing, dan mungkin, suatu saat nanti, kebahagiaan itu akan membawa mereka kembali bersama.***

—————THE END———-

Source: Muhammad Reyhan Sandafa
Tags: cinta yang hebattak terduga pertemuanterguncang cinta
Previous Post

CINTA DI UJUNG DUNIA

Next Post

ANTARA CINTA DAN PENGHIANAT

Related Posts

Cinta Berbahaya dengan Suami Tanteku

Cinta Berbahaya dengan Suami Tanteku

May 2, 2025
Iparku, Kekasih dalam Bayangan:

Iparku, Kekasih dalam Bayangan:

May 1, 2025
Milik Ayah dan Anaknya”

Milik Ayah dan Anaknya”

April 30, 2025
Saat Suami Sahabatku Menginginkanku

Saat Suami Sahabatku Menginginkanku

April 29, 2025
Menjadi Milik Suami Sahabatku

Menjadi Milik Suami Sahabatku

April 28, 2025
Terjerat Nafsu Sang Guru

Terjerat Nafsu Sang Guru

April 27, 2025
Next Post
ANTARA CINTA DAN PENGHIANAT

ANTARA CINTA DAN PENGHIANAT

TUNGGU AKU DISANA

TUNGGU AKU DISANA

KENANGAN YANG BERMEKARAN

MENCINTAI DALAM DIAM

Top Stories

LARA DALAM BALAS DENDAM HATI

LARA DALAM BALAS DENDAM HATI

May 17, 2025
KETIKA CINTA BERUBAH JADI SENJATA

KETIKA CINTA BERUBAH JADI SENJATA

May 16, 2025
KISAH DENDAM SANG MANTAN KEKASIH

KISAH DENDAM SANG MANTAN KEKASIH

May 15, 2025

Tentang Kisah Cinta

Kami menyajikan kumpulan novel dan cerpen cinta yang menggambarkan berbagai sisi cinta, dari yang manis hingga yang pahit, dari yang bahagia hingga yang menyayat hati

Connect on Social

© 2024 Kisahcinta.id

No Result
View All Result
  • Bucin
  • Jarak jauh
  • Pertama
  • Segitiga
  • Terlarang
  • Dendam Cinta
  • Penghianatan Cinta

© 2024 Kisahcinta.id